Model Manajemen | Traditional Model | Pemilihan model manajemen | Kemampuan kerja harus disesuaikan dengan tempatnya

Model Manajemen

Sebuah organisasi tidak bisa dilepaskan dari bagaimana usaha seorang manager mengatur segala sumber daya yang ada dalam sebuah organisasi. Banyak sekali sumber daya yang harus dimiliki sebuah organisasi dalam kegiatan produksinya guna mencapai tujuan organisasi diantaranya adalah sumber daya manusia. Pemilihan model manajemen sumber daya manusia yang tepat dalam mengelola sebuah organisasi diharapkan dapat menciptakan efektifitas serta efisiensi kerja. Beberapa ilmu yang ada mempunyai kelebihan serta kekurangannya masing-masing.

Pemilihan model manajemen seharusnya disesuaikan dengan karakteristik sumber daya manusia serta kondisi lingkungan organisasi yang dihadapi oleh seorang manajer. Dalam perkembangan ilmu manajemen telah mengalami banyak  sekali  banyak  evolusi dan perkembangan ilmu yang dilandasi dengan kondisi serta pengalaman para ahli tentang suatu fenomena yang terjadi pada suatu kondisi tertentu. Dalam pengembangannya banyak sekali dukungan para ahli dalam membangun asumsi-asumsi dasar masing- masing teori manajemen yang ada. Menurut Miles (1975) mencoba mengelompokkan beberapa macam teori manajemen sumber daya manusia, yaitu Traditonal Model, Human Relation Model, dan Human Resources Model. Pembahasan mengenai teori-teori dasar MSDM tersebut adalah sebagai berikut :

1) Traditional Model


Dalam model tradisional ini secara umum mempunyai tiga sumbangan teori yaitu The Social Darwinist (The Natural Law) oleh Herbert Spencer, The Scientific Management Movement oleh Federick W. Taylor, dan ide-ide yang dikembangkan oleh Max Webber. Model tradisional yang digambarkan oleh Miles (1975:35) mengasumsikan bahwa dalam model tradisional pekerjaan yang dilakukan tidak begitu disukai oleh sebagian besar pegawai. Apa yang dikerjakan pegawai tidak lebih penting daripada apa yang diperoleh dari pegawai itu sendiri yaitu gaji atau upah. Seperti yang dikemukakan oleh Miles bahwa “man is drawn out of leisure and into work by the payment of money which he requires to meet his needs, and the substitution of money for leisure will continue up to some point of marginal satisfaction”

Dari pernyataan tersebut maka dalam  model  tradisional para bawahan bekerja hanya untuk mendapatkan upah dari pekerjaan tersebut untuk memenuhi kepuasan mereka, sehingga upah menjadi tujuan utama dari pada apa yang dikerjakannya. Oleh karena itu, model tradisional tersebut sangat dipengaruhi oleh teori ekonomi klasik dimana seseorang akan mencapai kepuasan apabila mendapatkan upah tang tinggi. Namun, tidak semua orang dapat menduduki jabatan tinggi dalam organisasi, hanya beberapa orang saja yang mampu bekerja secara kreatif, menentukan tujuan dan mengawasi diri sendiri. Posisi yang tinggi dalam organisasi pasti akan mendapatkan upah atau gaji yang tinggi pula. Untuk memperoleh gaji yang tinggi maka teori Darwinist menjadi indikator utama yaitu manusia harus berusaha untuk bertahan hidup dan bersaing dengan manusia yang lainnya.

Dalam sudut pandang kebijakan yang dikeluarkan oleh manajer dalam organisasi, Miles menggambarkan bahwa  dalam model tradisional, tugas utama seorang manajer adalah untuk mengawasi para bawahan secara dekat, merinci tugas supaya lebih mudah dan sederhana, serta mengembangkan tugas-tugas dan prosedur yang ditaati secara sungguh-sungguh. Dengan adanya kebijakan tersebut harapan yang muncul dari model ini adalah dengan adanya upah yang pantas dan dengan pimpinan yang baik maka pekerja juga akan bekerja secara baik. Kualitas pekerjaan akan dapat sesuai dengan standard jika pekerjaan yang dilakukan lebih sederhana dengan pengawasan yang dekat dari manajer.

Dalam pendapat yang disampaikan oleh Gomes (2005) model tradisional berpandangan bahwa para manajer cenderung memusatkan perhatiannya pada masalah uang, karena uang dianggap sebagai satu-satunya alasan seseorang mamilih untuk bekerja. Terdapat banyak  unit  atau  bagian  dan  pekerjaan yang disusun secara tidak efisien, dan banyak pegawai yang tidak terlatih. Dalam model tradisional perusahaan berusaha melakukan perbaikan proses pekerjaan, kinerja, efisiensi, dan efektifitas kinerja. Para pekerja dilatih agar bekerja mengikuti metode-metode tersebut, kemudian diawasi secara ketat. Penempatan pekerja sesuai  dengan  kemampuan  yang  ia miliki. Gomes (2005 : 39) berpendapat bahwa yang menjadi hal penting pada model tradisional adalah bagaimana para pegawai mematuhi atau mengikuti langkah-langkah yang sudah ditetapkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Artinya bagaimana dalam model tradisional menurut Gomes, para pekerja telah diikat oleh peraturan sehingga para pekerja tidak bisa mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya.
Selain itu, Gomes menjelaskan bahwa dalam model tradisional menurutnya garis kewenangan dan tanggung jawab yang     jelas didasarkan kepada kepentingan kantor. Oleh karena itu, metode- metode ditetapkan secara baku dan tidak dapat diubah oleh para pemegang jabatan. Metode-metode yang disesuaikan dengan kepentingan kantor dengan menghiraukan kepentingan manusia dalam perusahaan akan membuat kinerja perusahaan menjadi lebih kaku.

Menanggapi model tradisional ini Sulistiyani dan Rosidah (2003: 19) mengemukakan bahwa model tradisional tidak terlepas dari pengaruh teori birokrasi. Hal tersebut ditarik oleh adanya bukti bahwa dalam model tradisional terdapat pengaruh dari teori Taylor, Frank dan Gilbert yang menyatakan bahwa untuk mengatasi ketidak efisienan dalam organisasi atau perusahaan maka organisasi disarankan untuk membuat standard pegawai yang jelas, spesialisasi pegawai, kontrol yang kuat, penempatan pegawai berdasarkan keahlian, dan sistem penggajian berdasarkan pada jenis dan khas pegawai. Selain teori tersebut, model tradisional ini juga dikatakan dipengaruhi oleh teori yang dikembangkan oleh Max Webber yaitu teori yang mengutamakan pentingnya pengetahuan, keterampilan, dan keahlian pegawai, disiplin, hirarkhis, spesialisasi pegawai dan jabatan serta karir dengan sistem merit.

Sulistiyani dan Rosidah menjelaskan bahwa pada model tradisional ini pekerjaan sangat dipengaruhi oleh peraturan. Sehingga memunculkan masalah dalam model ini yaitu bagaimana seorang manajer harus bisa membuat para pekerja atau karyawan mematuhi peraturan yang telah ada. Diharapkan dengan mematuhi peraturan tersebut maka pegawai akan mempunyai kinerja yang lancar. Namun, apabila terdapat pelanggaran terhadap peraturan tersebut maka akan mengurangi efisiensi kerja. Hal tersebut menggambarkan bagaimana   model tradisional senantiasa memanfaatkan  peraturan  yang  mengikat tersebut dengan dasar menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja.

Traditional Model yang dikemukakan oleh Suharyanto dan Hadna (2005), organisasi dijelaskan seperti mesin. Sebagai suatu mesin manusia dianggap tidak memiliki perasaaan, kebutuhan, atau keinginan Implikasi dari anggapan manusia sebagai mesin tersebut adalah pekerja  melaksanakan  pekerjaannya  secara  paksaan dari manajer. Dimana manajer memanfaatkan kewenangannya untuk menentukan siapakah pekerja yang mampu bekerja di dalam tekanan prosedural organisasi.  Dengan  adanya sistem ini di dalam manajemen model tradisional maka pekerja tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan sudah menjadi ketentuan bahwa kepentingan pekerja dalam organisasi tidak diperhatikan karena akan membuat organisasi berjalan tidak efisien dan efektif.

Secara umum, dari penjelasan keempat pakar tersebut dalam model tradisional mereka menjelaskan bahwa dalam model ini yang paling menonjol dibahas yaitu: Pertama, masalah keteraturan untuk menciptakan stabilitas dalam organisasi. Organisasi yang terjaga stabilitasnya akan memperoleh kinerja organisasi yang efisien dan efektif dalam organisasi sehingga keuntungan pegawai akan diperoleh dengan tidak memperhatikan kepentingan dari para pekerja. Standarisasi prosedur kerja merupakan tujuan utama pelaksanaan organisasi. Pelanggaran terhadap peraturan akan dapat membuat pekerja dikenai sanksi dan mungkin berbuah pemecatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kepentingan dari pekerja tersebut tidaklah  penting  daripada  peraturan dalam  organisasi  atau  perusahaan.  Kedua,  kewenangan  yang berdasarkan atas kemampuan pekerja. Tuntutan spesialisasi untuk mewujudkan efisiensi kinerja mengakibatkan organisasi harus dapat menspesialisasi kerja dalam perusahaan. The right man in the right place.

Kemampuan kerja harus disesuaikan dengan tempatnya jika ingin mewujudkan efisiensi dan efektifitas tersebut. Dengan melihat penjelasan diatas maka kedudukan sumber daya manusia di dalam organisasi tidak lah berbeda dengan sumbar daya lain atau sumber daya non-manusia, yaitu hanya sebagai faktor produksi semata. Sehingga dengan produksi yang semakin tinggi dengan pengeluaran yang semakin rendah maka akan diperoleh keuntungan yang besar. Dengan dihubungkan dalam sumber daya manusia, model tradisional ini berasumsikan bahwa dengan adanya peraturan yang mengikat akan mewujudkan perusahaan yang efektif dan efisien serta dapat mewujudkan tujuan organisasi yang sesuai kesepakatan awal dibentuknya organisasi.

Kelemahan dalam model tradisional ini adalah tidak diperhatikannya masalah lingkungan organisasi atau perusahaan. Terfokuskannya tujuan organisasi untuk menciptakan keefektifitasan dan keefisienan organisasi membuat model ini hanya mengolah bagian internal organisasi yaitu pekerja dan sistem kewenangan. Dalam penjelasan yang diberikan  oleh Miles maka organisasi terkonsentrasi terhadap perilaku sumber daya manusia dalam organisasi. Dengan asumsi bahwa pekerja akan melakukan pekerjaan yang baik apabila mendapatkan upah yang tinggi serta memiliki pemimpin yang baik pula. Tentu hal tersebut sulit diwujudkan dikarenakan tidak semua manusia dapat didorong hanya dengan kepemimpinan yang baik dan imbalan yang pas saja, melainkan harus ada dorongan terhadap kebutuhan manusia yang lain. Menurut Maslow ada lima tingkat kebutuhan manusia yaitu fisiologis, keamanan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri.

Selain itu, tidak semua manusia dapat berkemampuan yang tinggi sehingga dibutuhkan kepemimpinan yang intensif. Dengan melihat pada penjelasan Sulistiyani dan Rosidah yang berpendapat bahwa model tradisional ini tidak terlepas dari teori birokrasi yang berorientasi pada spesialisasi kerja, penggajian yang berdasarkan tingkatan jenis pekerjaan dan pendapat Gomes yang mengindikasikan model tradisional pada pencapaian tujuan keefisienan dan keefektifan maka dalam model ini mempunyai kelemahan yaitu untuk mendapatkan para pekerja yang dapat menaati peraturan tanpa adanya pengawasan. Implikasinya jika dalam birokrasi yang mempunyai pekerja yang sangat banyak dan heterogen maka model ini akan sulit diimplementasikan. Akan terjadi ketidak keseimbangan manajer dan jumlah pekerja dalam birokrasi.

Pada akhirnya terfokusnya efisiensi terhadap sumber daya manusia yang juga merupakan salah  satu  faktor  pruduksi justru merugikan perusahaan ke depan. Akan tetapi justru dengan adanya ikatan prosedural itu justru akan membuat para karyawan menjadi stagnan dalam produktivitas. Oleh karena itu, penggunaan model ini hanya dapat digunakan dalam organisasi yang mempunyai bentuk yang sederhana dan dalam lingkungan yang tidak berubah misalnya adalah organisasi militer atau dalam organisasi yang mempunyai pekerja yang sedikit misalnya adalah industri rumahan. Sehingga pengawasan terhadap pekerja atau bawahan tidak terlalu sulit untuk dilakukan.

2) Human Relation Model


Dalam human relation model merupakan bentuk dari ketidakpuasan atas praktik model manajemen tradisional yang cenderung kaku serta memperlakukan pegawai seperti mesin. Dalam model manajemen tradisional mencoba memfokuskan kajiannya pada spesialisasi tugas, ketertiban, stabilitas, dan pengendalian sehingga dapat memunculkan standarisasi kerja yang dinilai dapat mencapai produktifitas tertinggi para pegawai. Teori manajemen human relation model muncul diawali dari hasil eksperimen Hawthorne yang melahirkan banyak sekali teori- teori organisasi. Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:20) fokus dalam teori manajemen ini adalah mengenai hubungan kerja kemanusiaan. Teori ini mencoba mengembangkan point- point penting dalam teori manajemen tradisional yang kaku dan cenderung menganggap pegawai sebagai mesin yang menuntut produktivitas, efektifitas, serta efisiensi kerja.

Sebuah organisasi pada dasarnya bukan masalah bagaimana mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, tapi lebih pada bagaimana mengkondisikan pegawai sehingga mampu bekerja sama sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pernyataan ini didukung dengan pernyataan Elton Mayo dalam Sutarto (2006:293) yang mengatakan bahwa “an organization was more then formal structure or arrangement of functions. An organization is a social system, a system of cliques, grapevine, informal status system, ritual , and a mixture of  logical, non logical and illogical behavior.”

Dalam pernyataan Mayo tersebut dapat dilihat bagaimana Mayo menganggap organisasi bukan sekedar struktur formal yang berisikan pegawai mesin yang tidak membutuhkan apa-apa, tapi lebih pada anggapan bahwa sebuah organisasi   merupakan sebuah miniatur sistem sosial masyarakat dalam keragamannya.

Dalam teori ini dapat dilihat adanya penekanan pada unsur moralitas dalam manajemen tentang  bagaimana  perlakuan yang layak diberikan kepada para pegawai oleh para manajer. Seharusnya manusia diperlakukan seutuhnya sebagai manusia yang memiliki perasaan, keinginan, kebutuhan, dsb. Di sini pegawai membutuhkan suasana kerja yang fleksibel dan kondusif serta memiliki kenyamanan kerja untuk mendukung produktivitas mereka dalam mewujudkan tujuan organisasi secara efektif serta efisien. Selain itu, para pegawai tersebut menegaskan tidak hanya membutuhkan uang sebagai upah kerja, tapi para pegawai tersebut membutuhkan balasan yang lain diantaranya personal attention, human treatment, and the chance to feel important, providing, of  course, that they were receiving reasonable salary anyway (Miles, p:39).

Untuk mencapai itu semua seorang manajer kiranya harus mampu mengetahui apa yang dibutuhkan pegawainya sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya. Dalam kenyataannya dalam sebuah organisasi seorang pegawai membutuhkan waktu untuk kiranya memenuhi kebutuhannya serta mendapatkan motivasi baik secara implisit maupun eksplisit. Implisit disini dapat dipahami seperti pemberian semangat kerja melalui kata- kata motivasi ataupun perhatian lain yang dapat diberikan kepada pegawai, sedangkan eksplisit disini dapat dipahami seperti pemberian upah yang sesuai dengan kinerja pegawai ataupun yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan kehidupannya secara umum.

Tidak semua manajemen yang ada dalam organisasi dapat berjalan dengan sesuai harapan yaitu dapat memenuhi segala kebutuhan umum para pegawai sebagai faktor pendukung kerja.

Hal ini didukung oleh pernyataan Miles (1975:40) yaitu “poor morale, resistance to authority, and ultimately, inefficient production would result from the failure of management to satisfy people’s basic human needs”. Menanggapi pernyataan tersebut Suharyanto dan Hadna (2005) mencoba menawarkan beberapa cara dalam mengakomodir segala aspirasi pegawai seperti mendengarkan keluhan para pegawai serta melibatkan pegawai dalam setiap pengambilan keputusan sehingga mampu memberikan persepsi bahwa pegawai dihargai kontribusinya oleh manajemen organisasi dalam mencapai tujuan organiasi.

Disini manajer memiliki peran  yang  cukup  signifikan dalam mengarahkan pegawainya serta bagaimana memotivasi pegawainya agar berkontribusi sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam mewujudkan  tujuan  organisasi.  Dalam sebuah organisasi tentu memiliki keragaman pegawai dalam perjalanannya. Melihat kondisi kemajemukan pegawai tersebut diharapkan seorang manajer mampu mengakomodir  secara total kepentingan para pegawainya seperti kesempatan saling berinteraksi antar pegawai mengingat manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk sosial disini dimaksudkan bagaimana dalam kehidupannya manusia  membutuhkan  kesempatan untuk melakukan interaksi sosial. Sehingga antar pegawai dapat menjalin kerja sama dalam mewujudkan tujuan organiasasi yang tidak dapat dipungkiri akan memunculkan kelompok-kelompok informasl berdasarkan kesukuan, agama, ras, dsb.

Dari uraian singkat diatas dapat dipahami bagaimana dalam model manajemen human relation mencoba menawarkan sebuah pengembangan pemikiran dari teori model sebelumnya yaitu model tradisional yang dimana terlalu memfokuskan diri pada standarisasi  prosedur  kerja  dan  kemudian  dihargai berupa pemberian upah kerja pegawai. Pada kenyataannya tidak hanya semudah itu seperti menganggap pegawai seperti mesin saja. Ketika seorang pegawai telah berhasil mengerjakan tugasnya, kini giliran sebuah organisasi untuk menghargai usaha tersebut dengan pemberian upah tanpa mempertimbangkan sisi lain lain dari para pegawai tersebut.

Kini pada model human relation telah mulai memperhatikan unsur interaksi antar pegawai serta antara pegawai  dengan atasan dan suasana kerja yang kondusif sebagai faktor penting dalam mendorong tingkat produktivitas pegawai. Dalam teori ini pemahaman pegawai sebagai sebuah mesin sudah mulai ditinggalkan. Perlakuan yang jauh lebih baik dan menganggap bahwa manusia sebagai salah satu faktor  penting  produksi yang wajib dijaga baik itu fisik dan rohani untuk meningkatkan produktivitasnya ataupun menjaga kinerja yang sudah baik. Fisik di sini dapat diartikan sebagai pemberian upah kerja sedangkan rohani di sini dapat diartikan sebagai penghargaan diri pegawai seutuhnya dengan memahami serta memberikan pengakuan tentang keinginan dan kebutuhan pegawai. Dapat dilihat bagaimana teori ini sangat menekankan pada aspek moralitas dalam manajemen. Akibatnya jika sebuah manajemen organisasi tidak memperhatikan feeling and needs dari para pegawai maka produktivitas pegai mustahil akan tercapai dengan sempurna. Selain itu, setidaknya para pegawai harus mulai dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan untuk menghormati keberadaan pegawai sebagai salah satu bagian penting dari suatu organisasi.

Akan tetapi dalam konteks organisasi makro model manajemen ini kurang dapat  diaplikasikan  dengan  baik. Hal ini mengingat dengan semakin besar sebuah organisasi maka semakin besar pula kemajemukan dalam sebuah organisasi. Dalam kondisi seperti itu maka manajemen akan sangat sulit untuk mengakomodir seluruh keinginan para pegawai dengan sempurna. Pasti ada kalanya sebuah manajemen mengalami error dalam menjalankan fungsinya. Selain itu, tingkat kompleksitas yang harus diperhatikan oleh seorang manajer sangatlah tinggi. Tingginya kompleksitas tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa setiap pegawai pasti memiliki perbedaan keinginan serta kebutuhan. Maka dibutuhkan kemampuan serta energi ekstra untuk mencoba mewujudkan fungsi manajemen tersebut.

3) Human Resources Model


Human resources model atau disebut dengan manajemen sumber daya manusia ini adalah suatu pengembangan dari model-model manajemen yang sebelumnya yaitu traditional model dan human relation model yang menyadari bahwa karyawan adalah orang yang ingin dilibatkan dalam organisasi. Seperti halnya dalam model human relation pada model human resources juga bersependapat bahwa bawahan harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, tetapi ada perbedaan point dalam memanajemen bawahan.

Dalam model human relation terlihat mendekat dari sisi psikologis bawahan agar memiliki rasa terlibat dalam pengambilan keputusan tetapi model ini menyarankan agar bawahan diberi dengan batas dengan isu-isu yang berkaitan dengan kondisi kerja, penempatan dan penggunaan peralatan yang tidak begitu penting dan tidak terlibat dalam tugas-tugas kerja yang sedang dijalankan. Sedangkan model human resources ini lebih kepada pengembangan sumber daya pada karyawan itu sendiri dan bagaimana bawahan mengerti sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dilaksanakan.

Model ini sangat dipengaruhi oleh teori hirarki kebutuhan manusia dari Abraham Maslow. Tugas para manajer/pimpinan adalah meningkatkan kinerja organisasi dengan  mendorong dan memberi fasilitas para pegawai untuk mengekspresikan segala kemampuan yang dimiliki. Untuk memberi fasilitas tersebut maka teori Maslow yang menjadi jawabannya. Menurut teori ini manusia disamping membutuhkan status, pengakuan, penerimaan tetapi juga menginginkan peluang yang adil untuk mengembangkan dan menerapkan segala kemampuannya serta mendapatkan kepuasan pegawainya.

Oleh karena itu, Maslow membagi kebutuhan manusia tersebut yaitu antara lain fisiologis, keamanan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Dengan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut maka diharapkan bawahan/karyawan telah diperhatikan sehingga muncul kepercayaan terhadap pimpinan yang kemudian karyawan akan mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka untuk kepentingan organisasi.

Model human resources selain memberi rasa pengakuan/ penerimaan kepada bawahan, model ini mulai menyadari bahwa sangat penting adanya pelatihan dan pendidikan sehingga bawahan lebih memiliki sikap matang dalam menghadapi tugasnya yang disamping itu bawahan memiliki rasa keterlibatan dalam organisasi. Manajer juga harus mampu merancang struktur dan pembagian tugas yang dapat memberikan perkembangan kemampuan pekerja dalam organisasi.

Menurut Suharyanto dan Hadna (2005:26) berpendapat bahwa dalam model Human Resources sesungguhnya manusia memiliki sumber daya yang terpendam dan menjadi tugas manajer untuk membuka sumber daya ini untuk mendukung tercapainya efisiensi dan efektivitas organisasi. Artinya dalam model ini seorang manajer dituntut secara profesional menyusun struktur organisasi sedemikian rupa sehingga para pekerja dapat mengembangkan kemampuannya. Dengan itu bawahan akan diharapkan mampu mengendalikan dan mengatur diri dalam memperbaiki performance mereka dalam menjalankan tugas-tugas dalam organisasi.

Tidak seperti pada model tradisional yang beranggapan bahwa sumber daya manusia dalam organisasi sama dengan sumber daya yang lainnya dan lebih menjadi faktor produksi. Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:22) melalui pendekatan SDM, manusia tidak hanya dipandang sebagai faktor produksi. Ada beberapa landasan bagi pendekatan SDM, yaitu :

1) Karyawan dipandang sebagai sesuatu investasi yang jika dikembangkan dan dikelola secara efektif akan memberi imbalan-imbalan jangka panjang bagi organisasi dalam bentuk produktivitas yang lebih besar.

2) Manajer menyusun berbagai kebijakan, program dan praktik yang memuaskan kebutuhan-kebutuhan ekonomi dan emosional para karyawan.

3) Manajer menciptakan lingkungan kerja agar para karyawan dapat dipacu untuk mengembangkan dan menggunakan keahlian-keahlian mereka semaksimal mungkin.

4) Program dan praktik personalia diterapkan dengan tujuan penyeimbangan kebutuhan karyawan sekaligus tujuan organisasi.

Dengan melihat asumsi-asumsi tersebut maka jika kita melihat implikasi pada saat ini maka akan diperoleh adanya kelemahan  dalam  model  ini.  Banyaknya  pendapat   dalam

proses pembuatan keputusan mengakibatkan kesulitan untuk mencapai kesepakatan bersama. Banyaknya kepentingan justru mengakibatkan organisasi menjadi tidak efisien.

Unsur Manajemen

1) Man (Manusia), Dalam pendekatan ekonomi, sumber daya manusia adalah salah satu faktor produksi selain tanah, modal, dan keterampilan. Pandangan yang menyamakan manusia dengan faktor-faktor produksi lainnya dianggap tidak tepat baik dilihat dari konsepsi, filsafat, maupun moral. Manusia merupakan unsur manajemen yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan.

2) Money (Uang), Uang selalu  dibutuhkan  dalam  perusahaan, mulai dari pendirian perusahaan hingga pengurusan perizinan pembangunan gedung kantor, pabrik, peralatan modal, pembayaran tenaga kerja, pembelian bahan mentah, dan transportasi. Para pemilik modal menyisihkan sebagian dari kekayaannya untuk digunakan sebagai modal dalam kegiatan produksi. Dengan demikian, uang merupakan salah satu unsur penting dalam melakukan produksi.

3) Material (Bahan Baku), Perusahaan umumnya tidak menghasilkan sendiri bahan mentah yang dibutuhkan tersebut, melainkan membeli dari pihak lain. Untuk itu, manajer perusahaan berusaha untuk memperoleh bahan mentah dengan harga yang paling murah, dengan menggunakan cara pengangkutan yang murah dan aman. Di samping itu, bahan mentah tersebut akan diproses sedemikian rupa sehingga dapat dicapai hasil secara efisien.

4) Machine (Mesin), Mesin mulai memegang peranan penting dalam proses produksi setelah terjadinya revolusi industri dengan ditemukannya mesin uap sehingga banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh mesin. Perkembangan teknologi yang begitu pesat, menyebabkan penggunaan mesin semakin menonjol. Hal ini karena banyaknya mesin-mesin baru yang ditemukan oleh para ahli sehingga memungkinkan peningkatan dalam produksi.

5) Methode (Metode), Metode kerja sangat dibutuhkan agar mekanisme kerja berjalan efektif dan efisien. Metode kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, baik yang menyangkut proses produksi maupun administrasi tidak terjadi begitu saja melainkan memerlukan waktu yang lama. Bahkan sering terjadi, untuk memperoleh metode kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, pimpinan perusahaan meminta bantuan ahli. Hal ini dilakukan karena penciptaan metode kerja, mekanisme kerja, serta prosedur kerja sangat besar manfaatnya.

6) Market ( Pasar), Pasar merupakan tempat kita memasarkan produk yang telah diproduksi. Pasar sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan. Pasar itu berupa masyarakat (pelanggan) itu sendiri. Tanpa adanya pasar suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Jadi perusahaan seharusnya memikirkan manajemen pasar (pemasaran) dengan baik. Dengan manajemen pasar (pemasaran) yang baik (juga didukung oleh pasar yang tepat) distribusi produk dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

7) Information (Informasi), Tentu saja informasi sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan. Informasi tentang apa yang sedang populer, apa yang sedang disukai, apa yang sedang terjadi di masyarakat, dsb. Manajemen informasi sangat penting juga dalam menganalis produk yang telah dan akan dipasarkan.

Ketujuh unsur manajemen tersebut lebih dikenal dengan sebutan 6M+I , yaitu man, money, material, machine, method,  market dan information. Setiap unsur tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Manajemen tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya ketujuh unsur tersebut.
DAFTAR ISI
  1. Pribahasa Menunjukan Sifat Yang Diturunkan Kepada Anak
  2. Pribahasa dalam Mengungkapkan Sesuatu Yang Memiliki Makna
  3. Pribahasa Dalam Bahasa Minang
  4. Kegiatan Wirausaha Kerajinan Budaya Nonbenda.
  5. Kata - Kata Motivasi Belajar
  6. Mengetahui Cara Produksi Budidaya Tanaman Pangan
  7. Buat Kamu Yang Cari Artikel Tentang Pramuka
  8. Berwirausaha Kerajinan Budaya Nonbenda
  9. Alat Pencernaan Pada Manusia
  10. Macam-macam Organ Penyusun Sistem Gerak Pada Manusia
  11. Pengertian Wirausaha Menurut Pakarnya
  12. Pemasaran Langsung Kerajinan dengan lnspirasi Budaya Nonbenda
  13. Kelainan dan Penyakit Pada Ginjal
  14. Majas atau gaya bahasa terdiri dari beberapa macam
  15. Bahan yang Digunakan pada Pembuatan Rendang
  16. Cabang Olahraga Atletik Lari Meraton
  17. Teknik Gerakan Lempar Cakram
  18. Olahraga Beladiri Pencak Silat
  19. Produk Teknologi Transportasi dan Logistik
  20. Mengasah Kreativitas dan Keterampilan Semenjak Sekolah
  21. Jenis-Jenis Zat Yang Berbahaya
  22. Cara Pemasaran dan Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan
  23. Makna Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  24. Mengembangkan dan Mendalami Ilmu Tentang Tuhan
  25. Pengertian Iman Kepada Rasul, Tugas-Tugas Rasul, Nama-nama Rasul 
  26. Pengertian dan Ciri-ciri Sifat Munafik
  27. Pengertian, Ciri-ciri Dan Bahaya Sifat Takabur
  28. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Hidup Manusia
  29. Pentingnya Mengetahui Binatang Yang Halal Dimakan dan Binatang Yang Haram Dimakan
  30. Puisi Reruntuhan Kedaton, Yang Dibungkus, Gunung Wurung, Demi Obituari 
  31. Surat Lamaran Kerja Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
  32. Mengetahui Pengertian Dialog Interaktif
  33. Percakapan Berpamitan Dalam Bahasa Inggris
  34. Tugas Membuat Kerangka dan Sinopsis Novel
  35. Percakapan Bahasa Inggris - Indonesia Suasana Pagi Hari
  36. Memperkenalkan Diri Dalam bahasa Inggris
  37. Contoh Kata Sambutan Panitia Penyelenggara Maulid Nabi saw.
  38. Kata Sambutan Perwakilan Mempelai Putri
  39. Kata Sambutan Dari Perwakilan Calon Mempelai Pria
  40. Mencari Peluang Bisnis Sampingan Saat Sekolah
  41. Pengertian ekspor Ekspor dan Pemberitahuan Pabean Ekspor
  42. Adaptasi Organisme Terhadap Lingkungan
  43. Alat-Alat Ekskresi Yang Ada Pada Manusia
  44. Ciri-Ciri Lagu Daerah Nusantara seperti Bahasa Daerah, Alunan dan Melodi
  45. Ciri-ciri Negara Maju dan Negara Berkembang
  46. Wirausaha Modifikasi Makanan Khas Daerah
  47. Kewirausahaan Bahan Nabati Dan Hewani Menjadi Makanan Khas Daerah
  48. Wirausaha Kerajinan Bahan Lunak
  49. Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati
  50. Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati 
  51. Kewirausahaan dalam Bidang Pengolahan Bahan Makanan
  52. Perhitungan Biaya Budidaya Tanaman Pangan
  53. Penghitungan Biaya Produksi Produk Teknologi Transportasi dan Logistik
  54. Perencanaan Usaha Produk Teknologi Transportasi dan Logistik
  55. Bentuk-Bentuk Hubungan (Interaksi) Sosial
  56. Pengertian serta Contoh Adab Makan dan Minum
  57. Macam-macam Gaya dan Teknik Renang Mulai dari Gaya Punggung, Gaya Dada Serta Gaya Bebas
  58. Bagaimana Cara Untuk Presentasi Proposal Usaha Kerajinan Hias
  59. Unsur Estetika dan Ergonomis Produk Kerajinan Pakai dari Limbah
  60. Peluang Usaha Menyulap Ban Bekas Menjadi Produk Bemilai Ekonomis
  61. Pengelolaan Sumber Daya Produksi Usaha Kerajinan Pakai dari Limbah
  62. Kerajinan Tas dari Limbah Kemasan Kopi
  63. Isi Propoposal Yang Formal dan Penyebab Kegagalan Dalam Sebuah Proposal
  64. Jenis Gerakan Senam Lantai, Senam Ketangkasan, Senam Aerobik
  65. Sistem Hormon dan Kelenjer Endoktrin pada Tubuh Manusia
  66. Pengertian Kebugaran Jasmani dan Joging
  67. Gaya Remaja Yang Sehat
  68. Membuat Magnet dengan Induksi Magnetik
  69. Pengertian dan Aspek-aspek Dalam Pencak Silat
  70. Pengertian, Teknik Dasar dan Gaya Dalam Lempar Lembing
  71. Pengertian, Peralatan dan Lapangan Permainan Bulu Tangkis 
  72. Teknik Melempar Bola, Teknik Menangkap Bola, Teknik Membawa Bola dalam Permainan Bola Tangan
  73. Pengertian, Peralatan serta Lapangan Permainan Bola Tangan
  74. Wirausaha Kerajinan Tangan Dari Bahan Sabun
  75. Pembagian Seni terdiri dari Seni Audio, Seni Visual, Seni Audiovisual 
  76. Seni Bukan Sembarangan Seni, Melainkan Punya Fungsi dan Tujuan
  77. Seni Rupa Terdiri Dari Seni Murni, Seni Pakai, Seni Grafis, Seni Keramik, Desain Produk, Desain Arsitektur
  78. Setiap Daerah Memiliki Keunikan Seni Karya Tersendiri seperti Keunikan Tema, Keunikan Bentuk, Bentuk Figuratif, Bentuk Abstraktif, Bentuk Abstrak, Keunikan Makna
  79. Bentuk Gambar Seni Rupa, Bentuk Kubistis, Bentuk Piramid, Kerucut, Bulat, Tak Beraturan
  80. Kumpulan Cerita Legenda Rakyat Yang Berbekas
  81. Peralatan, Media Menggambar, Bidang Gambar, Pensil, Paster, Cat Air, Cat Poster, Pewarna Alam, Pewarna Kue, Palet, Kuas
  82. Seni Membatik dan Batik Rafa'iyah
  83. Zat Berbahaya yang Terkandung dalam Rokok
  84. Penyebab Terjadinya Kebakaran seperti Korsleting Listrik, Api Rokok, Kompor, Membakar Sampah, Obat Nyamuk Bakar, Bahan Peledak, Kecelakaan Kendaraan, Sambaran Petir dan Akibat Yang Ditimbulkan Kebakaran
  85. Penyebab dan Penanggulangan Bahaya Banjir
  86. Pengetahuan Mitos dan Genetika, Pembauran Genetika
  87. Kromosom dan Gen Sebagai Faktor Pembawa Sifat
  88. Tujuh Macam Jenis Kecerdasan
  89. Sistem indera Pada Manusia dan Hewan
  90. Sistem Koordinasi Dalam Tubuh Manusia Meliputi Sistem Saraf, Indera, Hormon
  91. Pengaruh Kehidupan Keluarga Dalam Pembinaan Nilai Moral
  92. Museum Wayang Di Jakarta
  93. Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta
  94. Museum-Museum Milik Pemerintah DKI Jakarta
  95. Museum Nasional dan Museum Daerah
  96. Arti dan Kegunaan Museum
  97. Mengenal Tanda Kekerasan dan Pelecehan Seksual
  98. Memilih Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan
  99. Contoh Tex Pidato MC Acara Ulang Tahun
  100. Konsep Naskah MC Acara Pengajian Rutin Bulanan 
  101. Naskah Untuk MC Acara Pernikahan (Walimatul 'Ursy)
  102. Peta Sumatera dan Berikut Provinsinya
  103. Naskah Pembawa Acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
  104. Text Pidato Pedoman Untuk MC Walimatul Khitanan
  105. Pengertian, Hakikat, dan Macam-Macam Demokrasi
  106. Susunan Acara Perpisahan Sekolah 
  107. Makalah Tata Boga Lauk Pauk Khas Betawi 
  108. Pemeriksaan Dokumen dan Fisik Barang Ekspor
  109. Membaca Komponen Peta dan Atlas
  110. Sistem Ekskresi Manusia
  111. Belajar Karya Seni Kriya Indonesia
  112. Ekspresi Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
  113. Teknik Teknik dalam Menggambar Bentuk
  114. Reproduksi atau Perkembangbiakan Tumbuhan Secara Vegetatif Alami dan Buatan
  115. Pengantar Komunikasi "Kebutuhan Promosi untuk Berkomunikasi"
  116. Perkembangan Komunikasi Jarak Jauh Melalui Satelit
  117. Ilmu Komunikasi Yang Perlu Dipelajari, Komunikasi sebagai Seni, Ilmu, dan Lapangan Kerja
  118. Ruang Lingkup Komunikasi, Pengertian Komunikasi
  119. Unsur-unsur Komunikasi Meliputi Sumber, Pesan, Media, Penerima, Pengaruh, Tanggapan Balik dan Lingkungan
  120. Tipe Komunikasi, Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
  121. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
  122. Komunikasi Publik (Public Communication), Komunikasi Massa (Mass Communication)
  123. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Bioteknologi, Kultur Jaringan (Tissue Culture), Hidroponik, dan Aeroponik
  124. Listrik Statis, Gaya Listrik, Muatan, Listrik, Elektroskop, Muatan Positif, Muatan Negatif
  125. Gaya Elektrostatis, Medan Listrik, Elektroskop 
  126. Gejala dan Penerapan Listrik Statis, Petir (halilintar), Ledakan atau kebakaran tangki minyak, Generator Van de Graaff, Penggumpal asap, Pengecatan mobil, Mesin fotokopi, Printer inkjet
  127. Listrik Dinamis, Muatan dan Arus Listrik, Kuat Arus Listrik
  128. Pengertian Teks Sastra dan Teks Nonsastra, Level Bahasa nonsastra, Menentukan Makna Kata/Kalimat pada Teks
  129. Pengertian, Fungsi, Model, Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS)
  130. Definisi Permainan dan Olahraga Bola Besar, Sepak Bola, Hakikat Sepak Bola, Teknik Menendang Bola
  131. Safety Operation, Kepemimpinan Dalam K3LH, IBPR dan Job Safety Analysis
  132. Definisi Job Safety Analysis (JSA), Waktu Review JSA, Critical Activity pada aktivitas OB Management
  133. Rambu Peringatan, Rambu Larangan, Rambu Perintah,  Informasi Umum
  134. Definisi Supervisi, Target Supervisi Operasional
  135. Geologi Dasar, Pembentukan Batubara dan Kualitas Batubara
  136. Jenis Batuan, Batuan Sedimen, Batuan Metamorf, Batuan Malihan
  137. Pembacaan Peta, Fungsi Peta, Tujuan Pembuatan Peta, Macam-Macam Peta
  138. Dasar-Dasar Pemboran, Metode Pemboran
  139. Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia
  140. Bagaimana Terbentuknya Kepulauan Indonesia, Proses Evolusi Bumi
  141. Mengenal Manusia Purba, Sangiran, Trinil, Jenis Meganthropus, Jenis Pithecanthropus, Jenis Homo, Manusia Wajak, Manusia Liang Bua, Perdebatan Antara Pithecantropus ke Homo Erectus
  142. Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
  143. Puisi Tentang Keindahan Alam, Nyanyian Seorang Petani
  144. Perkembangan Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang
  145. Pengertian dan Latar Belakang Munculnya Pergerakan Nasional Indonesia
  146. CONTOH CERPEN SELAMA PKL  DI PT. BINTANG TOEDJOE
  147. Perkembangan Awal Akuntansi,  Sejarah Akuntansi, Perkembangan Akuntansi Syariah, Hubungan antara Akuntansi Modern dan Akuntansi  Syariah
  148. Pengertian Anggaran, Perbendaharaan, dan Akuntansi
  149. Perguruan Tinggi mana yang Mendapatkan Gaji Tertinggi?
  150. Sejarah Masyarakat Betawi, Asal Nama Betawi, Orang Betawi, Mande-Mande, Wilayah Budaya Masyarakat Betawi,  Sejarah Kota Jakarta Sejak Berdirinya Pelabuhan Kelapa 
  151. Kerajaan-Kerajaan Bawahan di Jakarta dan Sekitarnya
  152. Peradaban Masyarakat Betawi dan Kedatangan Bangsa-Bangsa Lain Di Jakarta
  153. Humor Betawi
  154. Penjajahan Belanda dan Perlawanan Rakyat Jakarta
  155. Sejarah Pemberontakan Tanah Tinggi Tangerang 1924
  156. Sejarah Pemberontakan Petani dan Ratu Adil
  157. Pendekar Bangsa M. Husni Thamrin, Putera Betawi
  158. Tanggapan Media Tentang Muhammad Husni Thamrin
  159. Husni, Bung Karno, Tan Malaka dan Si Entong
  160. Cara Berpidato Yang Baik Dan Menggetarkan Audiens, Contoh Pidato Bahasa Indonesia
  161. Naskah Pidato Tauhid Dalam Islam
  162. Motivasi Penyemangat Belajar
  163. Memahami Pengertian Seni Rupa
  164. MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI PANGAN FERMENTASI COKELAT
  165. Pribahasa Dalam Kehidupan Sehari-hari, Nasehat, Peringatan, Tata Krama
  166. Pengertian, Tujuan, Manfaat, Fungsi Jenis-Jenis Teks Editorial
  167. Cara Mengamankan, Memelihara, Merawat Alat Tulis Kantor, Mesin, Komputer, Laptop, Printer, Scanner, Mesin Fotokopi, Meja Kantor
  168. Pengertian Media Pembelajaran, Manfaat Media Pembelajaran , Fungsi Atensi, Afektif, Kognitif, Kompensatoris, Tujuan Informasi, Audio Visual
  169. Pengertian Gambar Kerja | Fungsi Gambar Kerja | Tujuan Gambar Kerja
  170. Surat Pribadi, Surat Resmi, Surat Niaga, Surat Niaga Internal, Surat Niaga Eksternal, Surat Dinas, Surat Sosial, Surat Lamaran Pekerjaan, Surat Elektronik