Peradaban Masyarakat Betawi
Mesjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru pada tahun 1970
Pada umumnya orang Betawi beragama Islam. Amat sedikit bilangannya yang beragama lain. Islam masuk ke wilayah budaya Betawi pada tahun 1418 dibawa oleh seorang Melayu Campa, Vietnam, bernama Hasanudin yang kemudian hari dikenal sebagai Syekh Kuraa atau Suyekh Quro.
Syekh Kuraa tidak bersengaja benar datang ke Ujung Karawang, Bekasi. Semula ia bermaksud mengunjungi rekannya sekampung Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Malik Ibrahim datang ke tanah Jawa pada tahun 1412.
Setibanya di Ujung Karawang Syekh Kuraa berubah niatnya, lalu menetap di Pulo Kalapa, Karawang. Di sini ia membangun pesantren. Melalui pesantrennya ini Syekh Kuraa menyebarkan Islam. Kisah Syekh Kuraa diuraikan dalam naskah lama yang merupakan sumber sejarah yaitu Babad Tanah Jawi dan Carios Parahyangan.
Karena adanya kesamaan bahasa yaitu bahasa Melayu, maka penyebaran Islam berjalan dengan pesat. Dalam waktu singkat seluruh penduduk di pesisir utara Jawa bagian barat telah memeluk agama Islam.
Sepeninggal Syekh Kuraa pesantrennya dilanjutkan oleh murid-muridnya yang pandai-pandai. Pada masa inilah Prabu Siliwangi berkunjung ke Pulo Kalapa dan bertemu dengan seorang santri puteri Nyai Subang Larang yang kemudian dinikahinya. Dari perkawinannya ini lahir Nyai Lara Santang.
Sebelum memeluk Islam orang Betawi telah mempercayai Tuhan Yang Maha Esa yang disebutnya dengan istilah Yang Kuasa. Mereka juga menjalankan puasa selama 40 hari. Hari terakhir puasa disebut lebaran, yang artinya hari penutupan. Lebaran dirayakan dengan menziarahi makam keluarga dan orang yang dihormati.
Hidup dalam pandangan orang Betawi sebelum memeluk Islam dikatakan untuk mencari keselametan. Dalam rangka mencari keselametan itu dianjurkan untuk memelihara tutur kata yang baik, terutama jika berbicara dengan mereka yang usianya lebih tua.
Pemujaan kepada arwah leluhur merupakan bagian dari ritual Betawi lama yang sekarang sudah amat sedikit yang menjalankannya. Ritual itu berupa memberi sesajen, sajian kepada arwah tersebut.
Upacara yang paling besar dilakukan dalam menyambut 1 Syura. Pada perayaan ini disembelih kerbau dan dipanggil hiburan wayang kulit Betawi.
Wayang Kulit Betawi
Tari Topeng
Dalam upacara yang dipandang luhur juga biasa dipanggil tari topeng. Tari topeng adalah tari pusak. Penari topeng dapat saja menggunakan topeng seperti gambar di atas, tapi juga dapat tanpa topeng sepeti gambar di bawah.
Penari Topeng
Upacara sedekah bumi dilakukan untuk menyambut hari panen raya. Dalam rangka ini diadakan pesta besar dengan mengarak ondel-ondel.
Pesta ondel-ondel pada awal abad XX
Pesta ondel-ondel, begitu juga tari topeng, dan wayang kulit sekarang diadakan untuk hiburan biasa saja, tanpa tujuan spiritual. Tetapi di beberapa tempat di Bekasi tontonan wayang kulit masih diadakan dengan maksud spiritual.
Pesta ondel-ondel sekarang banyak diadakan dalam perayaan khitanan, juga untuk acara-acara yang diadakan oleh pemerintah daerah Jakarta dan Bekasi. Bahkan sekarang ini banyak dijumpai ondel-ondel yang keluar masuk kampung mengamen. Hal mana di masa lalu tidak terdapat.
Kedatangan Bangsa-Bangsa Lain di Jakarta
Potret di sebelah adalah Pharao, Fir'aun, yang sudah menjadi mummie kemudian dengan teknis canggih komputer direkayasa menjadi gambar.
Kalau disimak beberapa perkataan dalam bahasa Melayu-Betawitampak jelas pengaruh bahasa Egypt masuk ke dalam bahasa Melayu-Betawi. Masuknya beberapa kosakata ini tentu akibat perhubungan atau interaksi di masa lalu.
Orang-orang Egypt di masa lalu melakukan kunjungan, bahkan ada yang menetap, di kawasan Indonesia. Dari bukti-bukti yang didapat berupa sarcophagus, peti jenasah keluarga Pharao yang terbuat dari batu, tak terbantahkan lagi bahwa paling sedikit sejak abad IV Sebelum Masehi orang-orang Egypt, khususnya, dan kawasan Asia Barat telah berkunjung ke Indonesia.
Sarcophagus yang ditemukan itu di Pulau Samosir, Nias, Gianyar, Bali, sebanyak 37 buah, Bima, dan Kalimantan Timur.
Kedatangan orang Egypt, Asia Barat, dan Maori itu pada umumnya karena mencari kayu-kayu wewangian, kapur barus, dan emas yang dihasilkan di Rejang Lebong. Di antara mereka ada juga yang menetap dan beranak pinak di Indonesia.
Resapan kata yang berasal dari Egypt dan Ibrani yang masuk ke dalam bahasa Melayu Betawi seperti di bawah ini adalah bukti linguistik yang tak dapat dielakkan. Ada begitu banyak kata-kata itu, dan yang dimuat dalam buku ini hanya sebagiannya saja.
Aba, Baba, Mba, dari a'ba artinya bapak
Adat, dari dat artinya religi, dalam bahasa Betawi berarti tradisi, atau secara khas diartikan sebagai sifat atau perilaku, misal, Tu anak adatnya jelek betul
Alim artinya kejam, dalam bahasa Betawi berarti sebaliknya, orang yang berbudi, tenang, dan berilmu
Amuk, dari amok artinya (men)dalam, dalam bahasa Betawi bermakna protes dengan kekerasan
Asiya, bergaya, banyak dipergunakan sebagai nama anak perempuan. Ini bukan metatesis, ucapan terbalik, Aishah
Awak dari avak artinya debu, dalam bahasa Betawi bermakna badan atau tubuh tapi dipergunakan untuk pengertian penghalusan, atau berhandai-handai. Karena itu dalam tradisi kerajaan Melayu, seorang rakyat ketika menghadap raja mengatakan, Daulat Tuanku, hamba menghadap di bawah duli Tuanku. Duli artinya debu yang ada di alas sepatu raja. Dalam kaitan ini perlu ditambahkan, perkataan perduli berasal dari amperduX\, maknanya serupa debu sepatu.
Bisul, dari bishul artinya matang, dalam bahasa Betawi dipergunakan untuk makna pembengkakan di bagian tubuh yang bernanah.
Nora artinya gemerlap, dalam bahasa Betawi berarti berlebihan, atau tak patut
Busyet artinya bukan Tuhan, dalam bahasa Betawi menjadi kata seru keterkejutan
Dewek dari de'vek (dibaca dewek) artinya melekat, dalam bahasa Betawi bermakna diri sendiri, misal pan lu dewek yang kepengen, gua mah kaga, pan kamu sendiri yang mau, saya sih tidak.
Gerus, dari gerush artinya mengusir, dalam bahasa Betawi artinya hajar, atau sikat
Imut-imut, dari imut artinya perseteruan, dalam bahasa Betawi dipergunakan sebagai kata pengharapan jangan sampai hal yang buruk terjadi pada yang bersangkutan
Keren artinya sinar, dalam bahasa Betawi bermakna berpenampilan tampan
Kole-kole, berasal dari kol, suara. Dalam bahasa Betawi dipergunakan dalam pelajaran tajwid dalam arti suara pengucapan
Kubur, dari kubur yang artinya kubur
Kumkum artinya uap, dalam bahasa Betawi menjadi berendam di air
Liskol, dari lishkol artinya penyeimbang, atau pemantas, dalam bahasa Betawi artinya iket (kepala), atau setangan, yang terbuat dari batik.
Batik bahasa Ibrani yang semula berarti bungkusan pakaian (buntelan). Alat pembungkus pakaian dahulu juga menjadi aksesori yang menentukan kelassosial seseorang dalam masyarakat. Seperti halnya sekarang tas tangan.
Matayari, Egypt, artinya matahari
Merbot, dari marabout, artinya pengurus mesjid. Marabout tidak mutlak Egypt, perkataan ini dipergunakan di negara-negara lain Afrika Utara
Messigiet artinya rumah ibadat dalam arti umum, dalam bahasa Betawi mesjid
Modin, dari modiin, juru penerang, perkataan ini tidak lazim dipergunakan dalam bahasa Melayu Betawi. Modin dalam arti pengurus mesjid dikenal di kalangan penutur bahasa Sunda, tetapi di daerah 'perbatasan' Sunda-Betawi modin lebih dikenal dari merbot
Na, silakan, dalam bahasa Betawi bisa dipergunakan menyambut tamu, misal, Na duduklah
Nok, dari tinok, bayi perempuan. Dalam bahasa Betawi panggilan untuk anak perempuan
Ogen, dariogen yang artinya jangkar, dalam bahasa Betawi dipergunakan untuk menyebut inisial ghain dalam script Arab. Disebutogen karena bentuknya seperti jangkar.
Ome-ome, dari omek artinya kedalaman, dalam bahasa Betawi bermakna mengutak-atik
Pituah, dari pitu'akh artinya pengembangan (kepribadian), dalam bahasa Betawi dipergunakan dalam arti wejangan yang bersifat spiritual dari seorang guru atau aki.
Ragilartinya teratur, dalam bahasa Betawi artinya bias.
Reges, dari meragesh artinya menggairahkan, dalam bahasa Betawi dipegunakan dalam makna sebaliknya yaitu untuk pokok kayu yang tua, dalam bahasa Sunda ragas. Di Jakarta ada nama kampung Asem Reges. Di Morocco ada kota bernama Maracesh.
Resi, dari rashi, pemimpin, atau kepala, kata resi dalam bahasa Betawi berarti ahli agama.
Ruhani, dari rukhani, spiritual
Rukiah, dari raki'ah, langit. Ini banyak dipergunakan sebagai nama anak perempuan, tidak saja di wilayah budaya Betawi. Seorang perempuan Betawi Rukiah, adalah bintang film terkenal tahun 1939-1941.
Sabun, dari sabon yang artinya pelicin. Istilah uang sabun digunakan dengan makna uang pelicin, sogokan. Nyabun dulu bermakna terima sogokan, sekarang maknanya onani.
Sedekahan, dari tsdeka, beramal. Dalam bahasa Betawi perkataan ini dipergunakan untuk acara berdoa bersama yang diakhiri dengan makan bersama. Kemudian hari setelah datang pengaruh Gujarat pada awal XVIM, muncul perkataan kenduri yang berasal dari bahasa Gujarat khanduri. Inilah satu-satunya bahasa Gujarat yang masuk dalam lexicografi Melayu
Sembayang, berasal dari shem, doa. Sembayang morfologi sem dan bayang, bukan dari sembah dan hyang sebagaimana dipekirakan selama ini. Bayang, bukan sesuatu yang phisikal. Bayang tak terjangkau, atau pencitraan.
Semene dari tschemenei artinya delapan, dalam bahasa Betawi menjadi bawahan. Ini adalah istilah keagamaan. Ritual kepercayaan Judeo-Malayalam dipimpin oleh seorang perempuan yang dinamakan busyet dan dibantu oleh delapan perempuan lain yang dinamakan busyet semene.
Sipo'a atau cipo'a, berasal dari tsavu'a artinya munafik, dalam bahasa Betawi bermakna bohong
Taksir, dari taktsir artinya abstrak, atau abstraksi, dalam bahasa Betawi naksir bermakna ketertarikan kepada lawan jenis, atau komoditas perdagangan, tetapi tidak dinyatakan terbuka.
7ora/7,dariTorah (Taurat), dalam percakapan disebuttorahan, bandingkan dengan Yaasin dan yaasinan. Mengalami proses pemendekan menjadi toran. Pemendekan, atau pemanjangan, merupakan ciri linguistik bahasa Melayu. Toran banyak dipergunakan sebagai nama anak laki-laki.
We, dari ve (dibaca we) artinya dan begitulah, dalam bahasa Betawi dipergunakan sebagai kata penutup kalimat, misal Lupan ude makan masa'mau makan lagi, we
Kedatangan orang-orang Egypt, Asia Barat, dan Polynesia terjadi pada masa sebelum Masehi. Bangsa Cina datang di Sumatra pada abad III Masehi, bangsa India (utara) datang di Jawa bagian barat dan mendirikan kerajaan Tarumanagara pada abad IV Masehi, dan datang di Sumatra bagian selatan pada abad IV Masehi juga. Mereka mendirikan Kerajaan Sriwijaya.