Puisi Tentang Keindahan Alam, Nyanyian Seorang Petani

Puisi Tentang Keindahan Alam 

Sebagian besar sajak yang dimuat dalam antologi ini sebenarnya telah muncul dalam antologi-antologi pada tahun 1967 - 1990, periode ini merupakan masa-masa subur kepenyairan, sebelum terbenam dalam kegiatan akademis dan ilmiah pada dekade berikutnya. Selama masa subur itu pula banyak terjadi perubahan dalam kepenyairan saya, khususnya menyangkut gagasan dan titik tolak penulisan, motif, dan wawasan estetik yang mendasari penciptaan sajak-sajak tersebut. Tetapi rasanya semua itu tidak penting dikemukakan di sini. Yang penting adalah kehadiran sajak-sajak itu sendiri sebagai sajak, sedangkan bentuk apresiasi dan penafsiran terhadap sajak-sajak itu sepenuhnya terpulang kepada pembaca dan para kritikus sastra.

Sekalipun demikian, dalam pengantar ini saya merasa wajib memberikan suatu bekal kepada pembaca tentang apa itu puisi, setidak-tidaknya dilihat dari sudut pandang tertentu yang saya yakini benar hingga sekarang. Untuk itu, izinkanlah saya meminjam pandangan atau sudut pandang penyair lain dan beberapa teori tikus/ kritikus yang pada umumnya merasa lebih mengerti tentang puisi dibanding penyair itu sendiri.

Rainer Maria Rilke, seorang penyair terkenal Jerman awal abad ke-20, pernah mengatakan agar penyair menulis dalam keheningan. Meskipun saya tidak begitu mengerti yang dimaksudkan Rilke, saya dapat memahami arti penting pernyataan itu. Hanya dalam keheningan kesadaran terdalam seseorang bisa tersingkap dan mendapat pencerahan. Dan hanya dengan demikian pula situasi eksistensial dirinya dapat direnungi dengan jemih. Puisi yang baik, dalam pengertian otentik, bisa lahir hanya dalam keadaan-keadaan seperti itu. Apa pun jenis puisi itu, sekadar lirik atau puisi sufistik, atau bahkan juga sajak-sajak yang bercorak filosofis dan kontem-platif.

Dalam saat-saat hcning, seorang penyair merasa berada di dunia lain di luar keberadaannya sehari-hari, di rumahnya sendiri yang kata Hagivvara Sakutaro penyair Jepang sebelum Perang Dunia II—merupakan rumah metafisis atau transendentalnya. Di rumahnya sendiri itulah ia bisa melihat segala sesuatu mengalami perubahan dan menampakkan diri dalam perspektifnya sendiri dan mengikut hukum-hukumnya sendiri. Yang dahulunya di-anggap objektif kini menjadi subjektif. Yang semula dirasakan bersifat pribadi dan subjektif kini menjadi universal dan objektif. Realitas menjadi fiksi dan penuh dengan fiksionalitas. Demikian-lah semuanya mengalami “semacam” peralihan dan perubahan, transformasi dan transmutasi.

Karena bahasa puisi adalah bahasa figuratif, kata Paul Ricoeur, maka ungkapan puitik dalam dirinya memadukan makna dan ke-sadaran, dan inilah yang membuat fiksionalitas teks sastra, khusus-nya puisi, menghadirkan pengalaman yang begitu hidup dan memberi kesan mendalam bagi pembacanya. Semuanya itu dicapai dalam keheningan, dalam situasi paling otentik dan eksistensial dari kehidupan seseorang. Hanya dalam keheningan ungkapan-ungkapan puitik memutik dan bertunas, untuk kemudian tumbuh dan mekar. Kata-kata muncul, kadang-kadang terasa alot dan sukar, kemudian dirangkai setelah dipilih dan ditimbang se-demikian rupa, serta direnungi dalam-dalam.

Dalam satu dua hal, saya sependapat dengan Abdul Qahir al-Jurjani, teoritikus dan pengasas strukturalisme Arab-Parsi abad ke-12 M, yang mengatakan lebih kurang bahwa “Komposisi puitik 0nazm) merupakan penuturan tidak langsung menggunakan bahasa figuratif (majaz) dalam menyampaikan suatu pesan atau idea sehingga membentuk suatu bangunan kejiwaan atau ke-rohanian yang terstruktur sedemikian rupa”.

Penuturan tidak langsung yang dimaksud hendaknya di-pahami sebagai “penuturan simbolik”, yang selain menimbulkan berbagai nuansa puitik juga menurunkan makna yang berbagai-bagai kepada pembaca yang berbeda-beda.

Unsur-unsur utama puisi yang membangun keseluruhan struktur kerohanian ialah citraan (tasybih), simbol (mitsal), dan metafora (isti'ara). Melalui kesalingterkaitan unsur-unsumya ini secara kompleks, bangunan keseluruhan dari sebuah komposisi puitik tercipta. Al-Jurjani memberi contoh sebuah larik dari puisi Arab abad ke-10 M yang begitu hidupnya dalam mengungkapkan “keriangan kalbu penyair menyaksikan keramaian kota Mekkah pada musim haji. Puluhan ribu jemaah berdatangan dari segala penjuru, dari negeri dekat maupun jauh, memenuhi kota Mekkah dan lereng-lereng bukit sekitar kota itu. Keriangan kalbu itu di-ungkap dalam dua baris sajak:

Lereng bukit dan lembah-lembah


Dirimbuni oleh leher dan punggung unta

Inilah contoh bahasa figuratif yang efektif menyampaikan pengalaman estetik yang dirasakan si penyair. Puisi ini tidak ber-bicara kepada pikiran, tetapi mula-mula kepada indra kita yang kemudian meneruskannya kepada perasaan dan hati. Al-Jurjani lebih jauh mengatakan bahwa puisi adalah makna yang menurunkan makna-makna. Jalinan struktural kata-katanya memberi kesan asosiatif yang beranekaragam bagi pembaca yang berbeda-beda. Pembaca yang mampu menangkap sugesti atau isyarat yang tersembunyi di belakang ungkapan lahir sebuah puisi tidak akan berhenti di permukaan.

Kalau hendak dijelaskan dengan cara lain ialah dengan memberi contoh bagaimana kita menghidupi dan memberi makna terhadap pepatah-pepatah yang ada dalam masyarakat kita. Misalnya, bagaimana kita memberi makna pepatah seperti ‘Tidak ada rotan, akar pun jadi”, “Memercik air di dulang, tcpercik muka sendiri”, “Nila setitik rusak susu sebelanga”, dan “Kalau tidak ada berada tidak akan tempua bersarang rendah”. Pepatah-pepatah tersebut tidak hanya berbicara tentang rotan dan akar; tentang air, dulang dan muka seseorang, tentang nila dan susu di belanga, tentang burung tempua dan sarangnya yang rendah. Ia berbicara tentang sesuatu yang lain yang berada di sebalik dan di seberang ungkapan lahimya. Itulah pesan atau makna yang ingin disampai-kan melalui pepatah-pepatah itu. 

Di belakang pepatah-pepatah ini sebenarnya ada sebuah konsep kunci estetika yang berlaku secara universal. Konsep kunci itu ialah “melihat sesuatu melalui sesuatu yang lain”. Penuturan tidak langsung dalam komposisi puitik seperti dikatakan Abdul Qahir al-Jurjani sebenamya merujuk pada itu. Sarana utamanya ialah citraan, simbol, dan metafora. Itulah sebabnya dalam hampirsemua peradaban dunia, puisi tidak pemah dipandang sebagai “peniruan atau mimesis atas kenyataan objektif \ dan juga bukan sekadar “luapan ekspresi”, karena sebelum diekspresikan ia terlebih dahulu mengalami proses tertentu menyangkut keija intuisi dan imajinasi. Mungkin akan lebih tepat bila dikatakan bahwa puisi sebenamya hanyalah kias, metafora, tamsil atau perumpamaan. Kias tentang apa saja yang dialami dan dihayati penyair sebagai bagian penting dari situasi keberadaannya.

Sekali lagi, perbolehkan saya mengutip pandangan teoritikus lain. Kali ini pendapat Wang Fu-chih, seorang teoritikus sastra Cina abad ke-18 M, untuk menjelaskan persoalan ini. Pandangan Wang Fu-chih tentang puisi dikenal sebagai teori Ch‘ing dan Ching. Kata-kata ch'ing dan ching dipakai untuk merujuk pada dua wilayah realitas yang berbeda. Ch ‘ing merujuk pada realitas batin dan ching merujuk pada pengalaman visual penyair yang berada di luar pikirannya. Dalam bukunya Ching-chai Shih-hua, Wang Fu-chih mengatakan, “Jlka kau tidak memahami bahasa ching, bagaimana kau dapat memahami bahasa ch 'ing ”

Seperti Abdul Qahir al-Jurjani, Wang Fu-chih memandang penting pengalaman visual dalam penciptaan puisi. Ia memberi contoh puisi-puisi terbaik Cina yang memperlihatkan betapa penyaimya memiliki pengalaman visual dan pengamatan indrawi yang tajam, di samping memiliki intuisi yang tajam. Kuatnya pengalaman visual penyair-penyair diperlihatkan melalui citraan-citraan visual (ching) dalam puisi-puisi mereka. Puisi-puisi Cina klasik tidak hanya menggambarkan pemandangan alam dan peristiwa-peristiwa, tetapi juga “rasa batin’’ penyaimya. Mcmapar-kan pemandangan alam dan kejadian itu mudah, tetapi mcnsenyawa-kan “rasa batin’’ (ch'ing) ke dalamnya tidak mudah. Demikianlah dalam puisi, ching hanya akan hidup disebabkan kuatnya ch 'ing, dan ch'ing hanya dapat hidup disebabkan ching. 

Keduanya tidak bisa dipisahkan. Jika keduanya dipisahkan maka ching tidak akan menyentuh batin pembaca, dan tidak bisa disebut ching dalam arti sebenamya. Puisi yang baik, kata Wang Fu-chih, tidak hadir dari jiwa penyair yang tidak memiliki ke-akraban dengan lingkungan dan keadaan di sekitamya. Perasaan dan semangat puitik seorang penyair tidak akan pemah timbul jika tidak ada sesuatu yang merangsang di sekitarnya. Seorang penyair juga tidak akan dapat melahirkan puisi apabila memiliki rasa batin yang lemah dan tidak memiliki gairah serta motif yang kuat. Untuk memperkuat pendapatnya itu, Wang Fu-chih mem-berikan contoh puisi Cina karya penyair-penyair terkenal, seperti Wang Wei, Li Po, Tu Fu, Po Chu-I, dan Pao Tao-yu.

Kata Wang Fu-chih, “Walaupun jarak hubungan ch'ing dan ching itu jauh sebagaimana jauhnya hubungan antara ‘apa yang ada dalam jiwa' dan ‘apa yang ada bersama objek-objek’, namun berkat kekuatan jiwanya seorang penyair dapat menyatukan dan membuat keduanya saling mengisi, di mana yang satu tinggal dalam yang lain dan yang lain hidup di dalam yang satunya.”
Sebagai contoh, dia menunjuk sebuah sajak Tu Fu, penyair abad ke-8 M:
The lake cleaves the lands of Wu dan Ch‘u to east and south Day and night the world floats in its changing waters Of friends and family I have no word Old and ill I have only my solitary boat

Versi ini adalah terjemahan Su Kit-wong. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia lebih kurang seperti berikut:

Danau membelah negeri Wu dan Ch‘u arah ke timurdan selatan Siang malam dunia terapung atas air yang senantiasa berubah Tentang kawan-kawan dan keluargaku tak perlu diomongkan Tua dan sakit-sakitan milikku hanya perahu kesunyian
Danau membelah negeri Wu dan Ch‘u arah ke timurdan selatan Siang malam dunia terapung atas air yang senantiasa berubah Tentang kawan-kawan dan keluargaku tak perlu diomongkan Tua dan sakit-sakitan milikku hanya perahu kesunyian Ch'ing dan ching menyatu dalam puisi ini, sama seperti keadaan pengalaman kita menyatu dengan sesuatu yang ada di luar diri kita, walaupun ia berada di luar diri kita. Menurut Wang Fu-chih, puisi tidak dapat disamakan hanya dengan serangkaian kata-kata yang disusun dengan aturan tertentu, dan juga tidak bisa dipandang sebagai perasaan yang disugestikan melalui kata-kata. Di dalam puisinya, seorang penyair mendedahkan chih, yaitu perasaan, ide, pikiran, renungan atau kearifan. Dan di sebalik puisi ialah spirit yang berada “di sebalik kata-kata”. Makna (yi) yang sebenamya dari puisi berada di tempat “di mana tidak ada kata-kata”. Ia dikomunikasikan dengan cara menyembunyikan-nya dalam citraan dan nada, dalam tamsil dan metafora, dan dalam unsur-unsur puitik lain yang penting.

PRELUDE
I

Di atas laut. Bulan perak bergetar Suhu pun melompat Di bandar kecil itu. Aku pun dapat Menerka. Seorang pelaut mengurusi jangkar

II

Siapakah bertolak bersama pelaut-pelaut itu?

Angin senja dari benua. Sesekali suara sauh Siapakah yang berseru bersama pelaut-pelaut itu?

Langit yang biru, bisik-bisik. Sesekali bayang-bayang negeri jauh

Ill

Dua nelayan Madura terjun ke sampannya Angin tak menyuruh mereka, dingin yang baja Seperti kata nenekmoyangnya, mereka lepaskan mantera Seperti kata nenekmoyangnya, engkau hanya menawarkan angin utara
IV

Angin akan kembali dari bukit-bukit, menyongsong malam hari Angin yang tidur siang hari, yang kedengaran membetulkan kemarau

Angin yang tahu, ke mana arah musim ini mati Ke laut: membujuk nelayan. Suara yang lirih sesekali
1967

Nyanyian Seorang Petani

Berilah kiranya yang terbaik bagiku
tanah berlumpur dan kerbau pilihan
Bajak dan cangkul
Biji padi yang manis

Berilah kiranya yang terbaik
angin mengalir
hijan menyerbu tanah air
bila masanya buahnya kupetik
ranumnya kupetik

(1965)

SAJAK SAMAR


Ada yang memisahkan kita, jam dinding ini
ada yang mengisahkan kita, bumi bisik-bisik ini
ada, Tapi tak ada kucium wangi kainmu sebelum pergi
tak ada. Tapi langkah gerimis bukan sendiri.

1967

SARANGAN


Pohon-pohon cemara di kaki gunung
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
menceburkan dirinya ke dalam kolam
membasuh luka-lukanya
dan selusin dua sejoli
mengajaknya tidur

1967

KALIANGAT


Bulan gerimis kembali
Seorang kelasi berbisik dalam nyanyi
Tunggal ngungun ngangap ombak
Tinggal kapal-kapal. Kapan bertolak

1967

BANGUN


Bangun! Matahari yang kaupuja, kemarin gemilang
dan burung-burung berkibar bagai daunan
di depan jendelaku kau jenguk pagi, mawar mengembang
sebelum kembali kucium jejak musim hujan

1967

PELABUHAN BANYUWANGI

Bagai matahari, bulan jadi ombak
Angin pun kemarau
Tapi masih ada kelasi, berdiri di geladak
Memperhatikan pelabuhan, Mengertap pada pesisir

Kelasi yang percaya laut 'kan pasang, seketika
Kelasi yang tahu angin gaib 'kan berembus, seketika
Yang mengalir ke dermaga, tali-temali, dan tiang yang jelaga
Seketika kita tak mengerti.
Lampu-lampu pelabuhankah yang bersuara ?

1967

ENGKAU MENUNGGU KEMARAU

Di Guest House
Engkau menunggu kemarau
Hari hampir malam
Membersihkan pelabuhan

Sebelum engkau berdiri
Pergi
Di langit lembayung terdengar suara awan
Baahwa rawan sudah kusiapkan
Bahwa kesal sudah kaudiamkan

1968

ANGIN: MENDESIR LAGI

Angin: mendesir lagi
Hampir mengantuk
Ada Sepi
Berbisik di dahan-dahan pohon
Lagi tahu, gerimis turun

Di luar kamar yang tembaga
Di luar rongga kata
Engkau gemetar karena musim
Cemas dalam kata
Dan tahu: ada yang tiada
Bangkit di jendela

Dan mungkin: senja

1968

SAJAK KABUR


Angin akan pergi, meninggalkan kursi tua itu
dan sebuah beranda pun menunggu
terik siang, dilepaskan waktu
ruang menyelenggarakan sunyi untukmu

adalah sesekali, kemarau yang membakar-bakar
adalah sesekali, pohon-pohon terpencil di luar
dan kita pun duduk di bangku tua
bercerita kepada senja, kisah lama

lengit lembayung itu, adalah sepasang cemara
langit busung itu, adalah langit percakapan kita
sebuah ruang menyelenggarakan sunyi
hingga nanti, kembali tak singgah di sini lagi

1968

DAN BAJUMU

Pasang bajumu. Dingin akan lalu melewat
menyusup dekat semak-semak pohon kayu
Tapi bulan belum kelihatan, puncak-puncak bukit suda
Berhenti membandingkan dukamu, sehari keluh kesah.

MALAM LAUT

Sekarang,
dingin lembab lagi
Di pantai engkau mencari
pasir penuh bulan
Di atas ombak
Di muatan penuh perahu nelayan
Menyuruh camar
menghalau angin
menutup semenanjung
Dan laut tanpa ujung

Sekarang,
dingin lembab lagi
Di pantai engkai mencari
Senja yang menyatu dengan bumi
baru ada sunyi
Dan tahu, ombak tidak sendiri

1968

BANGKU-BANGKU TAMAN

Bangku-bangku taman di bawah pohon rimbun, minta kita
marilah datang sepasang sepasang
melihat, mungkin bekas pertemuan kita
coretan nama yang asing pada pohon, ditinggalkan terik siang

rumput-rumput menjadi hijau, kehadiran kita
dan kita jadi terpencil dihalau suara burung
suaramu lelah dalam angin, seketika
dongeng pun luruh, dongeng yang dahulu

ENSOI

Suara malam, hanya dedaunan
Gugur diusir angin ke beranda
Dari jauh kemarau. Almanak lepas lagi
Melemparkan bumi yang mati

Dan dimanakah kau sekarang? Berdiri
Setelah sibuk mengurus matahari
Setelah sibuk membuat abstraksi
(dan jauh Laut Merah yang pasang abadi)

Di Qur'an kini hanya aljabar
Beratus-ratus persamaan tersamar
Soal-soal ujian yang belum selesai
Kini terjamah lusuh helai-helai

Aku tak mengurusnya lagi
Jemu. Cahaya sebentar datang, lalu hilang kembali

DAFTAR ISI
  1. Pribahasa Menunjukan Sifat Yang Diturunkan Kepada Anak
  2. Pribahasa dalam Mengungkapkan Sesuatu Yang Memiliki Makna
  3. Pribahasa Dalam Bahasa Minang
  4. Kegiatan Wirausaha Kerajinan Budaya Nonbenda.
  5. Kata - Kata Motivasi Belajar
  6. Mengetahui Cara Produksi Budidaya Tanaman Pangan
  7. Buat Kamu Yang Cari Artikel Tentang Pramuka
  8. Berwirausaha Kerajinan Budaya Nonbenda
  9. Alat Pencernaan Pada Manusia
  10. Macam-macam Organ Penyusun Sistem Gerak Pada Manusia
  11. Pengertian Wirausaha Menurut Pakarnya
  12. Pemasaran Langsung Kerajinan dengan lnspirasi Budaya Nonbenda
  13. Kelainan dan Penyakit Pada Ginjal
  14. Majas atau gaya bahasa terdiri dari beberapa macam
  15. Bahan yang Digunakan pada Pembuatan Rendang
  16. Cabang Olahraga Atletik Lari Meraton
  17. Teknik Gerakan Lempar Cakram
  18. Olahraga Beladiri Pencak Silat
  19. Produk Teknologi Transportasi dan Logistik
  20. Mengasah Kreativitas dan Keterampilan Semenjak Sekolah
  21. Jenis-Jenis Zat Yang Berbahaya
  22. Cara Pemasaran dan Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan
  23. Makna Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  24. Mengembangkan dan Mendalami Ilmu Tentang Tuhan
  25. Pengertian Iman Kepada Rasul, Tugas-Tugas Rasul, Nama-nama Rasul 
  26. Pengertian dan Ciri-ciri Sifat Munafik
  27. Pengertian, Ciri-ciri Dan Bahaya Sifat Takabur
  28. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Hidup Manusia
  29. Pentingnya Mengetahui Binatang Yang Halal Dimakan dan Binatang Yang Haram Dimakan
  30. Puisi Reruntuhan Kedaton, Yang Dibungkus, Gunung Wurung, Demi Obituari 
  31. Surat Lamaran Kerja Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
  32. Mengetahui Pengertian Dialog Interaktif
  33. Percakapan Berpamitan Dalam Bahasa Inggris
  34. Tugas Membuat Kerangka dan Sinopsis Novel
  35. Percakapan Bahasa Inggris - Indonesia Suasana Pagi Hari
  36. Memperkenalkan Diri Dalam bahasa Inggris
  37. Contoh Kata Sambutan Panitia Penyelenggara Maulid Nabi saw.
  38. Kata Sambutan Perwakilan Mempelai Putri
  39. Kata Sambutan Dari Perwakilan Calon Mempelai Pria
  40. Mencari Peluang Bisnis Sampingan Saat Sekolah
  41. Pengertian ekspor Ekspor dan Pemberitahuan Pabean Ekspor
  42. Adaptasi Organisme Terhadap Lingkungan
  43. Alat-Alat Ekskresi Yang Ada Pada Manusia
  44. Ciri-Ciri Lagu Daerah Nusantara seperti Bahasa Daerah, Alunan dan Melodi
  45. Ciri-ciri Negara Maju dan Negara Berkembang
  46. Wirausaha Modifikasi Makanan Khas Daerah
  47. Kewirausahaan Bahan Nabati Dan Hewani Menjadi Makanan Khas Daerah
  48. Wirausaha Kerajinan Bahan Lunak
  49. Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati
  50. Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati 
  51. Kewirausahaan dalam Bidang Pengolahan Bahan Makanan
  52. Perhitungan Biaya Budidaya Tanaman Pangan
  53. Penghitungan Biaya Produksi Produk Teknologi Transportasi dan Logistik
  54. Perencanaan Usaha Produk Teknologi Transportasi dan Logistik
  55. Bentuk-Bentuk Hubungan (Interaksi) Sosial
  56. Pengertian serta Contoh Adab Makan dan Minum
  57. Macam-macam Gaya dan Teknik Renang Mulai dari Gaya Punggung, Gaya Dada Serta Gaya Bebas
  58. Bagaimana Cara Untuk Presentasi Proposal Usaha Kerajinan Hias
  59. Unsur Estetika dan Ergonomis Produk Kerajinan Pakai dari Limbah
  60. Peluang Usaha Menyulap Ban Bekas Menjadi Produk Bemilai Ekonomis
  61. Pengelolaan Sumber Daya Produksi Usaha Kerajinan Pakai dari Limbah
  62. Kerajinan Tas dari Limbah Kemasan Kopi
  63. Isi Propoposal Yang Formal dan Penyebab Kegagalan Dalam Sebuah Proposal
  64. Jenis Gerakan Senam Lantai, Senam Ketangkasan, Senam Aerobik
  65. Sistem Hormon dan Kelenjer Endoktrin pada Tubuh Manusia
  66. Pengertian Kebugaran Jasmani dan Joging
  67. Gaya Remaja Yang Sehat
  68. Membuat Magnet dengan Induksi Magnetik
  69. Pengertian dan Aspek-aspek Dalam Pencak Silat
  70. Pengertian, Teknik Dasar dan Gaya Dalam Lempar Lembing
  71. Pengertian, Peralatan dan Lapangan Permainan Bulu Tangkis 
  72. Teknik Melempar Bola, Teknik Menangkap Bola, Teknik Membawa Bola dalam Permainan Bola Tangan
  73. Pengertian, Peralatan serta Lapangan Permainan Bola Tangan
  74. Wirausaha Kerajinan Tangan Dari Bahan Sabun
  75. Pembagian Seni terdiri dari Seni Audio, Seni Visual, Seni Audiovisual 
  76. Seni Bukan Sembarangan Seni, Melainkan Punya Fungsi dan Tujuan
  77. Seni Rupa Terdiri Dari Seni Murni, Seni Pakai, Seni Grafis, Seni Keramik, Desain Produk, Desain Arsitektur
  78. Setiap Daerah Memiliki Keunikan Seni Karya Tersendiri seperti Keunikan Tema, Keunikan Bentuk, Bentuk Figuratif, Bentuk Abstraktif, Bentuk Abstrak, Keunikan Makna
  79. Bentuk Gambar Seni Rupa, Bentuk Kubistis, Bentuk Piramid, Kerucut, Bulat, Tak Beraturan
  80. Kumpulan Cerita Legenda Rakyat Yang Berbekas
  81. Peralatan, Media Menggambar, Bidang Gambar, Pensil, Paster, Cat Air, Cat Poster, Pewarna Alam, Pewarna Kue, Palet, Kuas
  82. Seni Membatik dan Batik Rafa'iyah
  83. Zat Berbahaya yang Terkandung dalam Rokok
  84. Penyebab Terjadinya Kebakaran seperti Korsleting Listrik, Api Rokok, Kompor, Membakar Sampah, Obat Nyamuk Bakar, Bahan Peledak, Kecelakaan Kendaraan, Sambaran Petir dan Akibat Yang Ditimbulkan Kebakaran
  85. Penyebab dan Penanggulangan Bahaya Banjir
  86. Pengetahuan Mitos dan Genetika, Pembauran Genetika
  87. Kromosom dan Gen Sebagai Faktor Pembawa Sifat
  88. Tujuh Macam Jenis Kecerdasan
  89. Sistem indera Pada Manusia dan Hewan
  90. Sistem Koordinasi Dalam Tubuh Manusia Meliputi Sistem Saraf, Indera, Hormon
  91. Pengaruh Kehidupan Keluarga Dalam Pembinaan Nilai Moral
  92. Museum Wayang Di Jakarta
  93. Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta
  94. Museum-Museum Milik Pemerintah DKI Jakarta
  95. Museum Nasional dan Museum Daerah
  96. Arti dan Kegunaan Museum
  97. Mengenal Tanda Kekerasan dan Pelecehan Seksual
  98. Memilih Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan
  99. Contoh Tex Pidato MC Acara Ulang Tahun
  100. Konsep Naskah MC Acara Pengajian Rutin Bulanan 
  101. Naskah Untuk MC Acara Pernikahan (Walimatul 'Ursy)
  102. Peta Sumatera dan Berikut Provinsinya
  103. Naskah Pembawa Acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
  104. Text Pidato Pedoman Untuk MC Walimatul Khitanan
  105. Pengertian, Hakikat, dan Macam-Macam Demokrasi
  106. Susunan Acara Perpisahan Sekolah 
  107. Makalah Tata Boga Lauk Pauk Khas Betawi 
  108. Pemeriksaan Dokumen dan Fisik Barang Ekspor
  109. Membaca Komponen Peta dan Atlas
  110. Sistem Ekskresi Manusia
  111. Belajar Karya Seni Kriya Indonesia
  112. Ekspresi Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
  113. Teknik Teknik dalam Menggambar Bentuk
  114. Reproduksi atau Perkembangbiakan Tumbuhan Secara Vegetatif Alami dan Buatan
  115. Pengantar Komunikasi "Kebutuhan Promosi untuk Berkomunikasi"
  116. Perkembangan Komunikasi Jarak Jauh Melalui Satelit
  117. Ilmu Komunikasi Yang Perlu Dipelajari, Komunikasi sebagai Seni, Ilmu, dan Lapangan Kerja
  118. Ruang Lingkup Komunikasi, Pengertian Komunikasi
  119. Unsur-unsur Komunikasi Meliputi Sumber, Pesan, Media, Penerima, Pengaruh, Tanggapan Balik dan Lingkungan
  120. Tipe Komunikasi, Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
  121. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
  122. Komunikasi Publik (Public Communication), Komunikasi Massa (Mass Communication)
  123. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Bioteknologi, Kultur Jaringan (Tissue Culture), Hidroponik, dan Aeroponik
  124. Listrik Statis, Gaya Listrik, Muatan, Listrik, Elektroskop, Muatan Positif, Muatan Negatif
  125. Gaya Elektrostatis, Medan Listrik, Elektroskop 
  126. Gejala dan Penerapan Listrik Statis, Petir (halilintar), Ledakan atau kebakaran tangki minyak, Generator Van de Graaff, Penggumpal asap, Pengecatan mobil, Mesin fotokopi, Printer inkjet
  127. Listrik Dinamis, Muatan dan Arus Listrik, Kuat Arus Listrik
  128. Pengertian Teks Sastra dan Teks Nonsastra, Level Bahasa nonsastra, Menentukan Makna Kata/Kalimat pada Teks
  129. Pengertian, Fungsi, Model, Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS)
  130. Definisi Permainan dan Olahraga Bola Besar, Sepak Bola, Hakikat Sepak Bola, Teknik Menendang Bola
  131. Safety Operation, Kepemimpinan Dalam K3LH, IBPR dan Job Safety Analysis
  132. Definisi Job Safety Analysis (JSA), Waktu Review JSA, Critical Activity pada aktivitas OB Management
  133. Rambu Peringatan, Rambu Larangan, Rambu Perintah,  Informasi Umum
  134. Definisi Supervisi, Target Supervisi Operasional
  135. Geologi Dasar, Pembentukan Batubara dan Kualitas Batubara
  136. Jenis Batuan, Batuan Sedimen, Batuan Metamorf, Batuan Malihan
  137. Pembacaan Peta, Fungsi Peta, Tujuan Pembuatan Peta, Macam-Macam Peta
  138. Dasar-Dasar Pemboran, Metode Pemboran
  139. Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia
  140. Bagaimana Terbentuknya Kepulauan Indonesia, Proses Evolusi Bumi
  141. Mengenal Manusia Purba, Sangiran, Trinil, Jenis Meganthropus, Jenis Pithecanthropus, Jenis Homo, Manusia Wajak, Manusia Liang Bua, Perdebatan Antara Pithecantropus ke Homo Erectus
  142. Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
  143. Puisi Tentang Keindahan Alam, Nyanyian Seorang Petani
  144. Perkembangan Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang
  145. Pengertian dan Latar Belakang Munculnya Pergerakan Nasional Indonesia
  146. CONTOH CERPEN SELAMA PKL  DI PT. BINTANG TOEDJOE
  147. Perkembangan Awal Akuntansi,  Sejarah Akuntansi, Perkembangan Akuntansi Syariah, Hubungan antara Akuntansi Modern dan Akuntansi  Syariah
  148. Pengertian Anggaran, Perbendaharaan, dan Akuntansi
  149. Perguruan Tinggi mana yang Mendapatkan Gaji Tertinggi?
  150. Sejarah Masyarakat Betawi, Asal Nama Betawi, Orang Betawi, Mande-Mande, Wilayah Budaya Masyarakat Betawi,  Sejarah Kota Jakarta Sejak Berdirinya Pelabuhan Kelapa 
  151. Kerajaan-Kerajaan Bawahan di Jakarta dan Sekitarnya
  152. Peradaban Masyarakat Betawi dan Kedatangan Bangsa-Bangsa Lain Di Jakarta
  153. Humor Betawi
  154. Penjajahan Belanda dan Perlawanan Rakyat Jakarta
  155. Sejarah Pemberontakan Tanah Tinggi Tangerang 1924
  156. Sejarah Pemberontakan Petani dan Ratu Adil
  157. Pendekar Bangsa M. Husni Thamrin, Putera Betawi
  158. Tanggapan Media Tentang Muhammad Husni Thamrin
  159. Husni, Bung Karno, Tan Malaka dan Si Entong
  160. Cara Berpidato Yang Baik Dan Menggetarkan Audiens, Contoh Pidato Bahasa Indonesia
  161. Naskah Pidato Tauhid Dalam Islam
  162. Motivasi Penyemangat Belajar
  163. Memahami Pengertian Seni Rupa
  164. MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI PANGAN FERMENTASI COKELAT
  165. Pribahasa Dalam Kehidupan Sehari-hari, Nasehat, Peringatan, Tata Krama
  166. Pengertian, Tujuan, Manfaat, Fungsi Jenis-Jenis Teks Editorial
  167. Cara Mengamankan, Memelihara, Merawat Alat Tulis Kantor, Mesin, Komputer, Laptop, Printer, Scanner, Mesin Fotokopi, Meja Kantor
  168. Pengertian Media Pembelajaran, Manfaat Media Pembelajaran , Fungsi Atensi, Afektif, Kognitif, Kompensatoris, Tujuan Informasi, Audio Visual
  169. Pengertian Gambar Kerja | Fungsi Gambar Kerja | Tujuan Gambar Kerja
  170. Surat Pribadi, Surat Resmi, Surat Niaga, Surat Niaga Internal, Surat Niaga Eksternal, Surat Dinas, Surat Sosial, Surat Lamaran Pekerjaan, Surat Elektronik