Definisi Job Safety Analysis (JSA), Waktu Review JSA, Critical Activity pada aktivitas OB Management
Job Safety Analysis (JSA)
Definisi JSA adalah Analisa yang dilakukan untuk menentukan langkah tugas, mengidentifikasi bahaya setiap langkah tugas dan menentukan pengendalian/kontrol yang memadai sehingga langkah tugas aman dilakukan.
Siapa yang harus membuat JSA ?
JSA adalah tanggungjawab PENGAWAS, sehingga yang harus membuat JSA adalah PENGAWAS.
PENGAWAS harus melibatkan semua karyawan yang terlibat dipekerjaan tersebut untuk mendapatkan masukan, gali masukan karyawan dengan metode Brainstorming.
Langkah – langkah membuat JSA
Siapa yang harus membuat JSA ?
JSA adalah tanggungjawab PENGAWAS, sehingga yang harus membuat JSA adalah PENGAWAS.
PENGAWAS harus melibatkan semua karyawan yang terlibat dipekerjaan tersebut untuk mendapatkan masukan, gali masukan karyawan dengan metode Brainstorming.
Langkah – langkah membuat JSA
- JSA dibuat di tempat kerja untuk memberikan cara pandang yang sama terhadap bahaya dan risiko, sehingga persepsi karyawan sama dalam melihat bahaya-risiko dan bagaimana mengelola bahaya dan risiko tersebut dengan langkah pengendalian yang tepat dan aman.
- JSA sebaiknya dibuat dengan ringkas dan mudah dimengerti, dengan bahasa yang tepat dan menunjuk pada langkah tugas yang harus dilakukan.
- (Note: Gunakan kata perintah / Kata kerja) dan hindarkan kata-kata ambigu/bias dan membingungkan, contoh kata : Hati-hati.
- Rule of thumb untuk JSA yang baik adalah maksimal 10 langkah, jika lebih dari 10 langkah sebaiknya periksa kembali, mungkin saja pekerjaan itu dapat dibuat dalam 2 JSA.
Waktu Review JSA
PENGAWAS harus melakukan review terhadap JSA setiap waktu, langkah per langkah. Gunakan Siklus PDCA (Plan - Do - Check - Action) untuk setiap JSA yang sudah dibuat, pastikan setiap langkah tugas yang CRITICAL / KRITIS, PENGAWAS harus berada di tempat pekerjaan dengan melakukan observasi yang memadai.
PENGAWAS harus melakukan review terhadap JSA setiap waktu, langkah per langkah. Gunakan Siklus PDCA (Plan - Do - Check - Action) untuk setiap JSA yang sudah dibuat, pastikan setiap langkah tugas yang CRITICAL / KRITIS, PENGAWAS harus berada di tempat pekerjaan dengan melakukan observasi yang memadai.
Mendekati Alat Berat
Bahaya mendekati unit alat berat
- Tingkat sensivity PENGAWAS terhadap bahaya berada dekat dengan A2B/DT semakin berkurang, merasa sudah “DEKAT” dan “MENGENAL” karena merasa sudah lama bekerja.
- Menganggap operator A2B/DT “PASTI TAHU” keberadaan PENGAWAS yang berada dekat A2B/DT.
- Merasa bahwa dirinya “orang yang paling penting” di proses kerja sehingga harus berada dekat dengan operasi A2B/DT dan orang lain harus tahu.
- Kehadiran dan posisi anda harus diketahui oleh operator A2B, INGAT ! Jangan berada di sisi yang tidak dapat dilihat operator (blind spot).
- Parkir kendaraan pada tempatnya (Parking area, bays, Mega Tower, dll) dalam jarak minimal 30 meter.
- Orang yang akan mendekati A2B harus mengunakan APD standard tambang (Helmet, Vest dan Safety Shoes) dan berdiri pada tempat yang dapat dilihat oleh operator A2B/DT pada jarak min. 30 meter.
- Lakukan komunikasi positif, artinya tindakan berkomunikasi dengan operator A2B/DT dengan memberikan tanda bahwa dia menerima dan mengerti komunikasi itu, lebih baik dilakukan dengan menggunakan radio komunikasi.
- Jika harus berkomunikasi langsung dengan operator, maka mintalah operator untuk menghentikan A2B/DT di tempat yang aman, attactment di turunkan, pasang parking brake, dan suruh operator turun dari A2B/DT, baru kemudian anda mendekati A2B/DT
Sekali lagi, tanamkan mindset bahwa area pengawasan kerja GL adalah Restricted Area sehingga apabila ada pihak selain anggota fleet anda yang akan masuk ke area tersebut harus melalui ijin GL.
Manajemen Fatigue
Definisi : adalah akumulasi kelelahan fisik dan psikis yang melampaui batas optimal kemampuan fisik dan mental individu. Hal ini ditengarai dengan menurunkan kinerja fisik dan mental.
Definisi : adalah akumulasi kelelahan fisik dan psikis yang melampaui batas optimal kemampuan fisik dan mental individu. Hal ini ditengarai dengan menurunkan kinerja fisik dan mental.
- Terjadinya INCIDENT berakibat biaya yang besar akibat kerusakan lingkungan, kerusakan peralatan, cidera ringan, cedera berat bahkan KEMATIAN.
- Menurunnya produktivitas kerja, ketidak tercapaian target produksi dan akhirnya berakibat ketidak tercapaian PROFIT
- Faktor Individu: gaya hidup, pola makan, gangguan tidur, obat-obatan, sakit dan gangguan psikologi
- Faktor lingkungan: cuaca dingin atau panas, ergonomi kerja, pencahayaan, getaran
- Faktor pekerjaan: pola shift, beban kerja dan budaya kerja
Cara Mencegah Fatique
- Tiap karyawan harus tidur sebelum bekerja yang cukup minimal 7 JAM
- “FIT TO WORK” harus dijalankan diawal shift
- Menjalankan “OPERATION DIVISION POLICY” secara menyeluruh (fit to work, ruang istirahat, no pinalty, rest area, fatigue check 100%, Mess Management)
- Program edukasi dan sosialisasi “FIT AWARENESS” kepada operator dan keluarganya.
- Monitoring dan evaluasi pelaksanaan “FATIGUE CALCULATOR” terintegrasi dengan “Bandara System”