Kumpulan Pribahasa Dalam Kehidupan Sehari-hari
dari A - Z berikut makna yang terkandung di dalamnya.
1 | Ada air ada ikan |
Mengenai keyakinan orang terhadap sesuatu. | |
2 | Ada aku diipandang hadap, tiada aku dipandang belakang. |
Ketika berhadapan tutur katanya manis, tetapi ketika dibelakang buruk tutur katanya. | |
3 | Ada asap ada api |
Segala sesuatu tentu ada penyebabnya | |
4 | Ada batang cendawan tumbuh |
Dimana kita berada, disitulah kita memperoleh rejeki. | |
5 | Ada gula ada semut |
Dimana banyak pekerjaan, banyak pula orang yang datang mencari rejeki | |
6 | Ada hujan ada panas, ada hari boleh balas |
Orang jahat, sesuatu pasti akan mendapat pembalasan atas perbuatannya | |
7 | Ada rotan ada duri |
Segala sesuatu ada baik buruknya. | |
8 | Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan. |
Tidak egois (mementingkan diri sendiri) | |
9 | Ada uang abang disayang,tak ada uang abang ditendang |
Hanya mau enak dan menangnya sendiri. | |
10 | Ada udang dibalik batu |
Ada maksud yang dirahasiakan. | |
11 | Ada angin baik |
Punyai banyak harapan | |
12 | Ada paha ada kaki, ada nyawa ada rejeki |
Setiap manusia mempunyai rejeki masing-masing | |
13 | Ada sirih hendak makan sepah. |
Meskipun sudah ada yang baik, tapi yang buruk mau juga | |
14. | Ada sampan hendak berenang. |
Ada yang ringan mencari yang berat. | |
15 | Adakah kayu di rimba sana sama tinggi? |
Derajat dan pangkat manusia tidak ada yang sama. | |
16. | Ada ubi ada talas, ada budi ada balas. |
Kebaikan dibalas dengan kebaikan, kejahatan dibalas dengan kejahatan. | |
17 | Adat hidup tolong-menolong, ada mati jenguk-menjenguk. |
Kita Wajib tolong-menolong dalam kehidupan. | |
18 | Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam. |
Orang tua atau yang muda harus sabar dalam menghadapi sesuatu. | |
19 | Adakah buaya menolak bangkai? |
Manusia yang serakah dan tamak selalu menginginkan keuntungan biarpun sedikit. | |
20 | Air yang jernih ikannya jinak |
Negeri yang aman rakyatnya hidup makmur. |
Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang: Orang yang mau enaknya sendiri, tanpa menghiraukan kepentingan orang lain.
Terpegang di abu dingin: Mendapat atau mencampuri sesuatu (urusan) yang menyusahkan atau mencelakakan diri sendiri.
Menang jadi orang, kalah Jadi abu: Dalam pertengkaran, menang atau kalah sama-sama menderita kerugian.
Sudah jadi abu orang: Telah rusak sama sekali, sehingga kecil sekali kegunaannya.
Sebagai abu di atas tanggu1: Orang yang tidak tetap kedudukannya.
Atau: Kedudukan yang sangat sulit, dan mudah sekali jatuh.
Berdiang di abu dingin: Meminta pertolongan kepada orang miskin, (dan pasti tidak akan mendapatkan apa-apa).
Mengabui mata orang: Menipu atau memperbodoh orang.
Asal ada kecil pun pada: Kalau tak ada rejeki yang (lebih) banyak, yang sedikit pun sudah mencukupi.
Ketika ada sama dimakan, waktu tak ada sama ditahan: Bahagia atau menderita selalu dialami bersama-sama.
Ketika ada jangan dimakan: telah habis maka dimakan: Uang tabungan janganlah dihambur-hamburkan, agar kelak tidak menderita kesusahan sendiri.
Ada udang di balik batu: Ada sesuatu (maksud) yang tersembunyi.
Harap pada yang ada, cemas pada yang tidak ada: Orang yang kurang kesabaran.
Tak ada tolak angsurnya: Orang tak mau mengalah barang sedikit pun, (baik kepada siapa pun).
Adat lama pusaka usang: Adat atau kebiasaan yang tetap atau tidak berubah sejak dahulu hingga sekarang.
Adat teluk timbunan kapal, adat gunung repatan kabut: Bila meminta hendaknya kepada orang yang kaya, dan bila bertanya hendaknya kepada orang pandai.
Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam: Orang muda haruslah bersabar bila menginginkan sesuatu, dan orang tua pun harus bersabar pula bila menghadapi kesukaran.
Adat diisi, tembaga dituang: Melakukan sesuatu (pekerjaan) telah sesuai dengan kebiasaan atau aturan yang ada.
dituang = dicetak atau dicor
Adat hidup tolong-menolong: Kehidupan manusia hendaknya selalu bekerja sama dalam segala hal.
Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung: Mengerjakan sesuatu (pekerjaan) hendaknya menuruL adat kebiasaan atau aturan yang berlakµ.
cupak = takaran beras
Adat dunia balas-membalas, syariat palu-memalu: Kebaikan hendaknya dibalas dengan kebaikan, kejahatan dibalas dengan kejahatan pula.
syariat = hukum yang bersendi agama Islam
Adat rimba raya, siapa berani ditaati: Kehidupan manusia yang menggunakan kekerasan atau kepuasan saja, dan tidak menggunakan akal.
Hidup dikandung adat: Hidup hendaknya selalu menurutkan adat (kebiasaan) yang baik.
Adat bersendi syarak, syarak bersendi adat: Segala perbuatan atau pekerjaan hendaknya selalu mengingat aturan adat dan agama, Jangan hendaknya bertentangan antara satu dengan lainnya).
syarak = hukum yang bersendi agama Islam.
Air beriak tanda tak dalam: Orang yang sombong, biasanya kurang ilmu.
Air tenang menghanyutkan: Orang yang pendiam biasanya banyak ilmu atau membahayakan.
Air besar batu bersibak: Bila terjadi perselisihan, keluarga akan bercerai-berai untuk mencari keselamatan.
bersibak = menepi
Air susu dibalas dengan air tuba: Kebaikan dibaJasnya dengan kejahatan.
tuba = racun pembunuh ikan
Air sama air kelak menjadi satu, sampah itu ke tepi juga: Bila terjadi perselisihan keluarga, akan mudah berbaik kembali, atau bersatu lagi.
Air cucuran arap, jatuhnya ke pelimbahan juga: Kelakuan orang tua biasanya akan menurun kepada anaknya pula.
Air yang dingin juga yang dapat memadamkan api: Orang yang sedang marah dapat diredakan hanya dengan kelembutan atau kata-kata yang lemah-lembut.
Air pun ada pasang surutnya: Keadaan manusia tak akan tetap, (kadang kala senang, kadang kala sedih).
Tak air talang dipancung: Tak segan-segan melakukan apa saja, asalkan maksud dapat tercapai.
pancung = penggal/potong
Tambah air tambah sagu: Bila bertambah pekerjaan, akan bertambah pula upah atau gajinya.
Bagai air di daun talas: Orang yang tidak tetap pendiriannya. Atau: Orang yang selalu beralih pendirian.
Bermain air basah, bermain api letup: Setiap pekerjaan senantiasa ada untung ruginya.
Atau: Jika baik mendapat pahala, buruk dihukum.
letup = meledak
Bagai membandarkan air ke bukit: Mengerjakan sesuatu yang sulit dikerjakan atau sia-sia.
bandar = alir
Sekali air besar, sekali tepian beranjak: Setiap ada pergantian pemimpin, (selalu) ada pergantian atau perubahan aturan.
beranjak = beralih
Air jernih ikannya jinak: Negeri atau daerah yang aman, rakyat menjadi tenang dan makmur.
Pandai berminyak air: Orang yang pandai menggunakan barang-barang yang tak berharga, tetapi baik atau memuaskan hasilnya.
Menjilat air ludah: Meminta kembali hal atau barang yang telah diberikan kepada orang lain.
Atau: Orang yang tak tahu malu.
Ada air ada ikan: Orang akan mendapat rejeki di mana ia tinggal atau berada.
Menunggangkan air ke laut: Suatu pertolongan yang sia-sia belaka.
tunggang = curah
Seperti air dengan kolam: Seorang yang seJalu tenang dalam pembawaannya maupun tingkah lakunya.
Air orang disauk, ranting orang dipatah, adat orang diturut: Kita hendaknya menurutkan adat (kebiasaan) negeri atau daerah masing-masing.
Menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri: Bila orang membuka aib keluarga sendiri, sama halnya dengan membuka aib sendiri.
dulang = nampan
Bagai mencincang air: Melakukan perbuatan atau pekerjaan yang sia-sia.
cincang = cacah
Bagai air titik ke batu: Sukar sekali memberi nasihat kepada orang jahat.
Tak air hujan ditampung: Menjual harta benda hanya untuk mencapai suatu keinginan sendiri saja.
Rasa air ke air, rasa minyak ke minyak: Mencari persesuaian atau perlindungan kepada masing-masing.
Bukan air muara yang ditimba, sudah disauk dari hulunya: Bukan hanya merupakan kabar bohong, tetapi berita yang berasal dari sumbernya.
Dari telaga yang jernih, tak akan mengalir air yang keruh:Orang baik-baik biasanya akan mempunyai keturunan anak yang baik pula.
Sambil menyelam minum air: Mengerjakan suatu pekerjaan, dapat pula menyelesaikan pekerjaan atau masalah yang lain.
Air tenang jangan disangka tiada buayanya: Orang pendiam jangan disangka penakut.
Dimandikan dengan air segeluk: Diberi pertolongan dengan sesuatu yang tidak mencukupi kebutuhan atau kurang bermanfaat.
geluk = tempurung
Membasuh muka dengan air liur: Hendak mencuci aib, tetapi bahkan menambahnya.
Orang haus diberi air, orang lapar diberi nasi: Orang yang dalam kesengsaraan, mendapatkan pertolongan.
Air mata jatuh ke perut: Kesusahan atau penderitaan yang tidak tampak, (yang hanya dilkeluh kesahkan sendiri saja).
Bakarlah air, ambil abunya: Menghendaki sesuatu yang mustahil tercapainya.
Seperti air pembasuh kaki: Pemberian yang kurang berharga atau murahan.
Sebelum ajal berpantang mati: Kehidupan dan kematian ditentukan oleh Tuhan.
Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi: Belajar hendaknya bersungguh, jangan hendaknya kepalang tanggung. kembang = mekar
Dangkal telah keseberangan, dalam telah keajukan: Telah diketahui benar isi hati atau perangainya.
ajuk = menduga
Belum diajun sudah tertarung: Baru akan mulai melakukan pekerjaan, sudah mendapatkan kemalangan. ajun = hendak/maksud/akan
Lubuk akal tepian ilmu: Orang cerdik cendekia, (biasanya sebagai) tempat meminta nasihat.
lubuk = bagian yang dalam di sungai
Akal tak sekali tiba, runding tak sekali datang: Tak ada sesuatu yang terus menjadi sempurna, mesti secara berangsur-angsur.
Kalau pandai mencencang akar, mati lalu ke puncaknyo: Bila dapat menguasai pimpinannya, anak buahnya tak akan berdaya lagi.
Berganrung pada akar lapuk: Mengharap sesuatu pertolongan dari seseorang yang kemungkinan besar tidak akan mampu.
Telah berurat berakar: Sudah menjadi kebiasaan, dan tak dapat diubah lagi.
Mencabut harus dengan akar-akarnya: (Bila) membasmi kejahatan hendaknya sampai tuntas.
Akal akar berpulas tak patah: Orang pandai selalu menang dalam pertengkaran.
pulas=putar
Jika tak ada rotan, akar pun berguna: Bila tak ada sesuatu yang baik, yang kurang baik pun dapat dipergunakan.
Ado oku dipondong hadop, tiado oku dipondong belokong: (Bila) sedang berhadapan bermulut manis, tetapi (bila) berbelakangan lain perkataan.
Dibuat karena alah, menjadi murka kareno alah: Dikerjakan dengan baik, te1api disangka orang jelek juga adanya. alah = orang
Alah limau oleh benalu: Orang lama dapat didesak oleh orang pendatang baru.
alah = kalah, benalu = cendawan
Alah sabung menang sorak: Walaupun sudah kalah, namun masih juga berani menyombongkan diri. sabung = adu (ayam)
Alah bisa karena biasa: Mengerjakan sesuatu pekerjaan tak akan merasakan kesukaran,. bila sudah dikerjakan berkali-kali atau berbiasa.
Alah membeli menang memakai: (Biarkan) mahal harganya, asalkan tahan lama atau awet penggunaannya.