Husni, Bung Karno, dan Tan Malaka
Muhammad Husni Thamrin adalah seorang pejuang kemerdekaan yang menggunakan cara-cara cooperation, Co (istilah yang digunakan kala itu). Bung Karno menggunakan cara-cara non cooperation, Non Co. Tan Malaka menggunakan cara-cara Non Co yang radikal.
Husni Thamrin berjuang within the existing system,karena itu ia menerima pengangkatan sebagai anggota Volksraad hingga empat periode, dan sebelumnya sebagai anggota Propinciale Raad dan Gementeraad. Ada pun Bung Karno berjuang beyond the existing system.
Tetapi hubungan pribadi Husni dan Bung Karno sangat bagus. Ketika Bung Karno ditahan di penjara Sukamiskin, Bandung, tahun 1929 hingga tahun 1931, Husni beberapa kali menjenguknya.
Konsisten dengan cara berjuang Co, mula-mula Husni menolak permintaan berbicara di depan rapat umum kaum pergerakan. Tetapi pada akhirnya ia sangat rajin berbicara di depan rapat-rapat umum di seluruh Hindia Belanda. Husni Thamrin mulai disorot Polisi Rahasia Belanda. Apalagi kemudian Husni mendukung mosi Wiwoho Indonesia Berparlemen. Husni kian disorot.
Husni Thamrin menjadi tokoh yang dianggap berbahaya ketika diketahui ia memberikan sokongan rutin sebesar 200 perak, equivalent 120 juta rupiah sekarang, kepada partainya Parindra setiap bulannya. Jumlah sokongan yang sangat besar untuk ukuran zaman itu. Selain itu Husni juga memberikan gedung Gg. Kenari untuk kaum pergerakan. Di gedung inilah kaum Non Co menggelar rapat-rapat umum.
Status "berbahaya" Husni ditingkatkan menjadi "wanted" ketika diketahui bahwa Husni adalah tokoh yang difavoritkan dunia Internasional. Bahkan dalam kunjungannya ke Hindia Belanda secara khusus Presiden Filipina menyampaikan hasratnya untuk bertemu dan berkenalan dengan Muhammad Husni Thamrin. Maka Polisi Rahasia Belanda memutuskan Muhammad Husni Thamrin harus disingkirkan dengan segala cara.
Siapa Si Entong?
Sangat mungkin Entong bukan nama sebenarnya, tapi panggilan. Orang seperti Entong yang menjadi "bujang dalem" biasanya bujangan, usia antara 14 - 18 tahun. Berbeda dengan "bujang luar" yang biasa disebut tukang kebon. Tukang kebon umumnya sudah berkeluarga.
Dalam posisi apa pun Entong, duduk di tepi tempat tidur Tuan, atau bersimpuh menunggu perintah, Entong segera berdiri jika Dr. Kayadu memasuki kamar Tuan Husni Thamrin. Dari mana Entong belajar kesopanan, pastilah dari Tuan.
Dari mana asal Entong? Empiris, sampai dengan tahun 1950-an setahu saya orang-orang Sawah Besar suka memelihara bujang dalem dari Kebayuran. Anak-anak ini putra tukang buah yang menjadi langganan Tuan. Entong berada dalam lingkungan dalam keluarga Tuan Husni Thamrin bisa atas permintaan Tuan kepada si tukang buah, bisa juga atas tawaran tukang buah. "Tuan tulunglah anak saya ini dididik, biardia ikut Tuan" biasanya tukang buah berkata begitu. Entong adalah anak rakyat sejati.
Entong adalah satu di antara empat orang yang menemani Husni Thamrin dalam saat-saat kritis dari tanggal 6 hingga 11 Januari 1941. Mereka adalah Nyonya Thamrin, putrinya, Dr. Kayadu, dan Entong. Bahkan Husni Thamrin bersama Entong ketika terjadi proses perpisahan ruh dari tubuhnya. Husni rasa tercekik, dari mulutnya keluar buih. Entong melap dengan selampe. Sebelumnya Husni Thamrin berkata-kata yang tidak dimengerti Entong. Husni Thamrin kembali dalam posisi rebah. Entong keluar kamar karena ingin buang hajat sambil menemui Nyonya Thamrin dan putrinya yang sedang menangis di ruang belakang. Nyonya Thamrin dan putri masuk ke dalam kamar. Mereka jumpai Husni Thamrin sudah tidak bersuara. Entong masuk kamar, mengamati Tuannya, lalu memastikan Tuannya telah tiada. Sangat mungkin Husni Thamrin telah berpulang sebelum Entong keluar kamar untuk keperluan buang hajat.
Sepanjang hayatnya Husni Thamrin berpikir, berbuat, dan berjuang untuk kepentingan rakyat. Subhanallah, Muhamamd Husni Thamrin wafat dalam pelukan rakyat yang disimbolkan pada figur Entong.
Ke mana Entong setelah Husni Thamrin tiada? Sangat mungkin ia kembali ke Kebayuran dalam lingkungan keluarganya. Dalam kasus seperti ini biasanya Nyonya rumah menawarkan apakah si bujang mau bersamanya walau Tuan sudah tiada. Biasanya dengan halus bujang menampik. Dia akan mengatakan ingin pulang karena sudah rindu dengan ibu bapaknya.
Ada hubungan batin antara Tuan dan bujangnya yang tak mungkin dituangkan dalam kata-kata. Kenangan bersama Husni Thamrin dibawa mati Entong, karena ia tak dapat mentransformasinya dalam tulisan. Entong setelah kembali di Kebayuran sangat mungkin menikah. Lalu datang masa Jepang. Tetapi orang Kebayuran tidak kesulitan pangan. Seandainya sejarah hidup Entong linear, datar, maka Entong diperkirakan sudah berpulang, kalau pun masih hidup usianya mendekati 90 tahun. Mungkin keturunannya masih ada. Diperkirakan anaknya yang tertua sekarang berusia 70 tahun. Tetapi ke mana mencari Entong dan keturunannya?
Dari mana Entong datang, tak seorang pun yang tahu, ke mana Entong pergi, tak jua ada yang tahu.