Bimbingan dan Konseling SMP tentang Remaja dan Agama. Ada seorang anak laki-laki yang suka bertanya seperti anak-anak berumur tiga tahun lainnya. Pada suatu hari ketika ia sedang makan siang ia bertanya kepada ibunya, ibu, Tuhan ada di mana sih?"
"Tuhan ada di mana-mana,' Ibunya menjawab.
Anak berfikir sejenak, "Apakah Tuhan ada di rumah ini?"
"Ya."
"Apakah Tuhan ada di dapur ini?"
"Ya. Sudah iu katakan tadi, Tuhan ada di mana-mana."
"Apakah Tuhan ada di dalam roti tawarku yang berlapis mentega kacang ini ?"
"Tentu, ya kukira begitu. Bukankah telah ibu katakan tadi bahwa Tuhan ada di mana-mana?"
"Sebaiknya Engkau menyingkir dulu, Tuhan. Aku akan segera menggigit roti ini."
"Tuhan ada di mana-mana,' Ibunya menjawab.
Anak berfikir sejenak, "Apakah Tuhan ada di rumah ini?"
"Ya."
"Apakah Tuhan ada di dapur ini?"
"Ya. Sudah iu katakan tadi, Tuhan ada di mana-mana."
"Apakah Tuhan ada di dalam roti tawarku yang berlapis mentega kacang ini ?"
"Tentu, ya kukira begitu. Bukankah telah ibu katakan tadi bahwa Tuhan ada di mana-mana?"
"Sebaiknya Engkau menyingkir dulu, Tuhan. Aku akan segera menggigit roti ini."
Disadur dari "Siapakah Aku ini?" oleh Katherine Peterson.
Kita mungkin akan tertawa membaca sepenggal cerita diatas. Kemampuan seorang anak usia tiga tahun tentu saja berbeda dengan kemampuan seorang anak SMP dalam memahami segala sesuatu, apalagi untuk memahami sesuatu yang abstrak (tidak nyata) seperti akal, perasaan gravitasi, agama, Tuhan, atau Malaikat. Hal itu dapat dimengerti, karena kemampuan berfikir, astrak pada seseorang baru mulai berkembang pada masa usia remaja.
berkaitan dengan cerita diatas, pemahaman terhadap Tuhan (agama) dimulai pada saat seorang anak beranjak remaja. Pada saat itu ia mulai bertanya-tanya tentang keberadaan Tuhan dan segala sesuatu yang melingkupinya.
Dalam hubungan manusia dan Tuhan, ada dua hal yang berkaitan sangat erat namun tidak dapat disamakan. Kedua hal tersebut adalah iman dan agama. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, iman adalah kepercayaan yang berkenaan dengan agama; keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan, utusan, kitab, dan sebagainya; ketetapan hati dan keteguhan batin. Berdasarkan definisi tersebut iman berarti menerima kebenaran tertentu dan apa saja yang berkaitan dengan kebenaran itu, yang dalam hal ini adalah kebenaran tentang Tuhan, utusan, malaikat, kitab, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan apa yang diwahyukan-Nya.
Keimanan kepada Tuhan dibuktikan melalui ucapan (lisan), keyakinan dalam hati, dan perbuatan. Misalnya jika mengaku beriman pada Tuhan Maha Esa, maka selain diucapkan dengan lisan dan diyakini dalam hati, kita juga perlu membuktikannya dengan perbuatan, yaitu tidak menyembah kecuali kepada-Nya.
Sedangkan definisi agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya. Di sini dapat dilihat bahwa iman dan agama berbeda. Iman lebih menitikberatkan pada petunjuk mengenai tata cara beribadah atau segala hal yang berkaitan dengan pengungkapan iman. Misalnya, bagaimana tata cara berdoa kepada Tuhan dan bagaimana bersikap terhadap tetangga.
Proses terbentuknya seseorang menjadi orang yang beriman dan beragama tidaklah mudah. Menurut Antonius Atisokhi Ge dalam Chracter Building III, iman terbentuk melalui dua proses. Adapun kedua proses tersebut adalah :
Timbulnya rasa cinta pada Tuhan
Rasa cinta pada Tuhan dapat ditimbulkan melalui hal-hal berikut :
Mengenal Tuhan
Ada ungkapan tak kenal maka tak sayang. Demikian pula halnya perilaku kita terhadap Tuhan. Jika kita tidak mengenal Tuhan, bagaimana mungkin Tuhan akan menyayangi kita. Dalam keluarga, kita sudah dikenalkan tentang keberadaan Tuhan sejak kita masih kecil. Demikian pula halnya di sekolah. Setelah remaja diharapkan kita dapat lebih mengenal Tuhan dengan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan.
Mengembangkan dan Mendalami Ilmu Tentang Tuhan
Sebagai remaja yang senantiasa mengalami perkembangan, kita membutuhkan banyak pengetahuan sebagai modal di masa depan. Dalam hidup beragama, kita harus mengembangkan dan mendalami ilmu tentang Tuhan sesuai dengan agama masing-masing. Misalnya dengan terus mengkaji kitab suci atau merenungkan kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam semesta. Melalui pengembangan dan pendalaman ilmu tentang Tuhan, diharapkan kita dapat menjalankan perintah Tuhan sesuai dengan agama kita dan menjadi kebiasaan dalam hidup sehari-hari.
Mengatasi tantangan dengan beribadah pada Tuhan
Dalam kehidupan,kita dihadapkan pada berbagai tantangan baik tantangan yang ringan maupun yang berat. Demikian pula dalam mengenal dan mendekatkan diri pada Tuhan. Tapi jika kita tekun dan sungguh hati dalam menjalankan ibadah dan ritual keagamaan, maka ibadah dan ritual tersebut dapat menguatkan kita dalam menghadapi setiap tantangan. Misalnya, siswa yang seiring berdoa tidak akan gugup dan takut dalam menghadapi ujian sekolah, karena ia yakin akan pertolongan Tuhan atas hamba-Nya yang sungguh-sungguh belajar dan beribadah.
Berkembangnya Rasa Cinta Pada Tuhan
Menjadikan cinta pada Tuhan seagai prioritas utama.
Orang yang beriman adalah orang menempatkan cinta pada Tuhan sebagai cinta yang tertinggi di atas segala-galanya. Cinta kepada Tuhan menjadi prioritas pertama dan utama, kemudian baru cinta kepada manusia. Jika kita mencintai Tuhan maka segala perilaku kita akan sesuai dengan aturan dan perintah Tuhan.
Membuktikan cinta kepada Tuhan melaui perbuatan
Orang yang beriman akan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Misalnya, sebagai umat Islam melaksanakan salat lima waktu serta menjauhi makanan dan minuman yang haram, sebagai umat Kristiani melaksanakan kebaktian di gereja dan tidak menyakiti orang lain, sebagai umat Hindu melaksanakan sembahyang di pura, dan sebagai umat Buddha melaksanakan ibadah di vihara.